Seminggu berlalu, sejak latihan bersama
antara TNI Angkatan Udara dengan
United State Air Force (USAF). Tepatnya dengan Wing I Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma.
Latihan ini resmi dibuka
oleh Wakil Kepala Staf AU Marsdya TNI Dede Rusamsi (menjabat saat kegiatan ini berlangsung). Dengan didampingi oleh
Lt. Gen Stanley T. Kresge. Selaku
Commander 13th Air Force USAF
“Hickem Air Force Base” Hawaii.
36th Airlift Squadron Commander Lt Col Dave Kincaid melihat keluar jendela saat tampilan beberapa manuver diatas area penerjunan Gorda untuk mendukung Cope West yg adalah latihan bersama US |
Namun kesan mendalam telah membekas dihati seorang pengamat
sepertiku. Pengamat dari di pinggir
lapangan. Sebab ada banyak hal-hal yang sangat berharga,
yang telah ditemui dari perpaduan kerjasama ke dua Angkatan Udara ini.
Mungkin ini hanyalah kesan
awal yang begitu mempesona. Di mata seorang yang melihat dari kejauhan.
Namun pula, sangat berarti dan menarik untuk disimak.
Sebenarnya,
apa yang menarik bagiku, sudah bukan merupakan suatu hal yang baru
lagi di dunia kedirgantaraan, apalagi di dunia
militer.
Disiplin, inilah kata
kunci yang ingin saya ceritakan. Sejak roda ban pesawat Hercules C-130 milik 374 Air
Lift Wing, Yokota Air Base Japan, mendarat di landasan pacu Lanud Halim.
Decak kagum
terdengar dari antara personel TNI AU. Yang
saat itu bertugas untuk menjemput anggota USAF yang akan terlibat di dalam Joint Exercise Cope West tahun 2012 kali ini.
Dari bunyi yang
dihasilkan oleh badan pesawat yang tergolong jumbo ini, dapat diketahui kondisi prima mesin pesawat
buatan pabrik Lockheed Amerika ini.
Bunyi mesin pesawat
yang tidak asing lagi di telinga warga Lanud Halim. Di kejauhan
nampak semburat jingga cahaya mentari pagi dengan udara segar yang menerpa
wajah.
Anggota militer 374 Air Lift Wing, Yokota Air Base Japan,
kemudian menjejakkan kakinya di Jakarta, Indonesia.
Setelahnya,
C-130 Hercules berbendera USA ini
bertengger dengan gagahnya di landasan Terminal Selatan Lanud Halim. Seluruh
personilnya dengan penuh kesadaran membentuk barisan memanjang sepanjang taxy-way.
Untuk memunguti benda-benda sekecil apapun
yang ditemuinya; yang berpeluang menjadi sumber kecelakaan bagi penerbangan.
Mungkin
bagi orang awam, tindakan ini kelihatannya sangat sepele dan aneh. Namun bagi orang penerbangan hal ini merupakan tindakan
penting dan bijak. Di dalam
menghindari terjadinya kecelakaan terbang dan kerja.
Seorang Jumpmaster dari Batalyon 461 Paskhas memeriksa parasut sebelum latihan terjun sebagai bagian dari latihan Cope West 2012 di Lanud Halim P 26 Juni 2012 |
Hal ini
mengingatkanku pada pengalaman sepuluh tahun yang lalu. Saat
berdinas di Pangkalan Udara tipe C seperti Lanud El-Tari Kupang Nusa Tenggara
Timur.
Kegiatan ini
merupakan kegiatan rutin yang juga dilaksanakan di Lanud yang terkenal dengan
kain tenunannya ini. Awalnya sangat mengejutkanku.
Namun, dibalik
tindakan ini semua, ternyata terkandung makna yang sangat mendalam.
Sebagai
insan dirgantara yang berkecamuk dengan peralatan-peralatan berteknologi
tinggi. Seperti dengan “Burung
Besi yang bisa terbang”. Kegiatan ini sudah
merupakan program tetap yang tidak bisa ditawar-tawar.
Sebab Zero Accident merupakan target khusus
yang mendapat skala prioritas utama di kalangan insan Angkatan Udara.
Teknologi
militer yang semakin canggih itu memiliki konsekuensi. Bahwa
faktor keselamatan terbang dan kerja menjadi tolok ukur. Bagi
kesiapan dan keberhasilan TNI Angkatan Udara dalam melaksanakan tugasnya.
Oleh sebab itu, untuk
kesekian kalinya Pimpinan TNI AU senantiasa menginstruksikan. Kepada
seluruh personel jajaran TNI Angkatan Udara.
Untuk
menempatkan keselamatan terbang dan kerja pada prioritas utama. Dalam
setiap pelaksanaan tugas. Sehingga “Zero
Accident” benar-benar dapat diwujudkan.
Kembali
ke awal, apa yang sebenarnya mendorongku untuk menulis tentang secuil
pengalaman ini? Jauh di kedalaman hatiku ada sesuatu yang menggelitik hati.
Dan yang
ingin kutuangkan dalam bentuk tulisan. Walau mungkin sebagai pengamat diluar
lapangan, semuanya kutuliskan apa adanya dan masih sederhana.
Hal
menarik lainnya yang kutemui selama interaksi ini berlangsung adalah sikap
kepastian. Tidak pernah mengandai-andai. Tetapi
memastikan dengan sungguh-sungguh apa yang menjadi tugas dan tanggungjawabnya.
Hal ini tercermin
saat salah satu USAF Airman memeriksa
dengan cermat dan mendetil. Setiap jengkal badan
pesawat C-130 Hercules yang
diawakinya.
Sekali lagi, ini
sudah ‘program tetap’ -- istilah di dunia Angkatan Udara. Sekali lagi ‘check and re-check’.
Tindakan ini, Penulis
perhatikan, tidak pernah dilakukan secara asal-asalan ataupun sekilas pandang
saja. Bahkan, memperlengkapi dirinya dengan alat penerang seperti senter
ditangan.
Luarbiasa khan? Siang
hari menggunakan senter? Namun, seperti inilah seharusnya yang patut dicontohi.
Sikap bertanggung-jawab sepenuhnya, penuh kehati-hatian dan
waspada.
Nilai
plus lainnya yang tidak kalah pentingnya adalah konsentrasi penuh pada apa yang
dihadapannya. Tingkat keseriusan yang tinggi.
Tidak pernah
mengganggap sesuatu hal itu sudah seperti itulah terjadi dengan sendirinya.
Tidak demikian. Tetapi, melihat kembali, mengevaluasi kembali dan mengujinya
dengan rapat tim.
Membandingkan
berbagai argument atau pendapat
kemudian membuktikan kembali ketepatan perhitungan awal. Luar biasa.
Sebab
itu, tidaklah asing lagi saat melihat para Airmen
mengadakan briefing singkat di
luar badan pesawat sebagai pemeriksaan terakhir sebelum melaksanakan
penerbangan.
Satu
lagi yang menambah decak kagum yang tiada henti, saat memperhatikan Msgt John Ganoa. Seorang
Jumpmaster dari 18th Weather
Squadron Fort Bragg, US.
Saat memberikan
simulasi penerjunan kepada ke-22 anggota Pasukan Khas Angkatan Udara Batalyon
461 di dalam badan pesawat C-130 Hercules
USAF.
Walaupun,
pesawat yang digunakan sedang bertengger di atas daratan namun saat mempraktekkan
peristiwa penerjunan. Ia bertindak dan berlaku seakan-akan pesawat
sedang mengudara.
Keseriusan ini patut
dijadikan nilai positif yang dapat diambil. Bukankah,
latihan praktek dilapangan bagi militer merupakan kunci keberhasilan?
Jadi, pengulangan
yang bersungguh-sungguh merupakan tanda 90% keberhasilan pelaksanaan tugas?
Demikianlah
yang diperlihatkan seorang anggota militer USAF didalam melakukan latihan. Tidak
pernah menganggap sepele suatu tindakan pengulangan dalam suatu latihan.
Semoga hal kecil
seperti ini tidak akan terlewatkan oleh orang kita. Lain halnya dengan Airman 1st
Class Brandon Jenkins, seorang ahli tali-temali
pengepakan barang.
Berasal dari
374th Logistics Readiness Squadron’s
Combat Mobility Flight. Bekerja bersama-sama dengan Indonesian Airmen mengerjakan sebuah pengepakan barang yang rendah
biaya dan praktis untuk Low-Altitude.
Kedua negara
bersama-sama,
langsung mempraktekkannya secara bahu-membahu membuat bundel LCLA. Yang merupakan tipe
terbaru palet yang pada umumnya digunakan oleh U.S Forces untuk pengangkutan udara menyuplai secara cepat dan
efisien.
Jika
dicermati dengan bijak oleh seluruh peserta latihan. Hal-hal
seperti inilah yang sebenar-benarnya memperkaya pengalaman dan pengetahuan.
Bahkan wawasan berpikir
seorang prajurit, diharapkan makin professional. Didalam
mengemban tugas dan tanggungjawabnya sebagai pilar bangsa dan Negara.
Anak-anak di Gorda Binuang sedang melihat anggota Paskhas AU yang sedang bersiap-siap mendarat setelah loncat keluar dari C-130 Hercules untuk mendukung Cope West |
Seperti yang telah
tertuang pada sambutan pidato kedua pimpinan latihan. Latihan
seperti inilah yang menjadi urat nadi. Mengalirkan
kemampuan, kekuatan dan kesiapan untuk melaksanakan setiap tugas Negara.
Terlebih-lebih bila
dihadapkan dengan teknologi militer yang semakin modern dan canggih.
Setelahnya,
selama lima hari kerja, Indonesian-American
Airmen telah bekerja bahu-membahu. Secara
bertahap, saling bertukar taktik, teknis, prosedur penerbangan udara.
Memimpin
pertukaran para ahli yang benar-benar piawai dibidangnya masing-masing. Sehingga pada
akhirnya, akan mempertinggi kemampuan pertukaran informasi dari kedua Angkatan
Udara.
Dan
meningkatkan kesiapan penanggulangan bencana alam kawasan regional.
Namun diatas
kesemuanya ini, ilmu pengetahuan tanpa menyentuh sisi kemanusiaan,
apalah
artinya. Semuanya bisa menjadi sia-sia.
Dengan kesempatan
latihan di area drop-zone Gorda, USAF
dan TNI Angkatan Udara memberikan sumbangan perlengkapan sekolah dan olahraga
kepada SDN
3 Warakas, Banten, Serang.
Bantuan perlengkapan
sekolah dan olahraga ini diberikan langsung kepada seluruh anak-anak
sekolah. Oleh Mayor Nav Sudaryanto dan
oleh Lt. Col Pete Kelley selaku Commander Detachment Yakota Air Base, Japan.
Menurut Lt. Col Pete Kelley perlengkapan olahraga dan alat belajar ini, merupakan murni sumbangan
anak-anak keluarga besar Detachment
Yakota Air Base, Japan.
Sepenggal cerita menarik
dan mengesankan. Bagi seorang pengamat dari pinggir lapangan. Bahwa untuk maju setiap
insan Angkatan Udara harus smart
untuk memanfaatkan kesempatan yang langka ini. Belajar dan berlatih, berlatih
dan berlatih***
Lt Col Pete Kelley Komandan dari Cope West 11 Detasemen Lanud Yokota Jepang berbicara kepada murid murid SD Negeri 3 Warakas di Binguang Anggota lanud Yokota memberikan lebih dari 1200 Dolar |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar