Selasa, 24 Juni 2014

DEDIKASI TIM SAR BATALYON 467/ KORPASKHAS DALAM PENCARIAN DAN EVAKUASI KORBAN SUKHOI SUPERJET 100


Bencana nasional menyentak dunia internasional pada bulan Mei 2012 abad ini, peristiwa jatuhnya pesawat Sukhoi Superjet 100 mengalihkan perhatian dunia kepada Indonesia. Kecelakaan ini menyatukan seluruh elemen masyarakat Indonesia dalam kesatuan gerakan kemanusiaan SAR (Search and Rescue) yaitu usaha untuk mencari dan menolong atau menyelamatkan manusia dan benda berharga yang hilang atau dikhawatirkan akan hilang dalam penerbangan. Setelah Operasi SAR digelar oleh Basarnas dalam rangka pencarian, pertolongan, dan penyelamatan personel dan materiil pesawat Sukhoi, turut pula dalam pencarian dan evakuasi korban pesawat Sukhoi Superjet 100 adalah satuan tim SAR Tempur dari Batalyon 467 Korps Pasukan Khas TNI Angkatan Udara yang saat ini dipimpin oleh Letkol Pasukan R. Harys Soeryo M; lulusan SEPA PK tahun 1995 dan Seskoal Angkatan 47 tahun 2009.



Seperti yang tertera didalam Buku Petunjuk Prosedur Tetap TNI AU tentang Mekanisme Kerja Satuan Paskhas dalam Operasi SAR Tempur tahun 2007. Keberhasilan kegiatan pencarian, pertolongan, dan penyelamatan sangat ditentukan oleh kemampuan personil dan sarana prasarana yang menunjangnya. Batalyon 467 Paskhas adalah satuan tempur yang berada dibawah kendali Operasi Wing I Pasukan Khas TNI Angkatan Udara sama seperti satuan TNI lainnya, selama ini terus berupaya untuk meningkatkan kemampuan prajurit agar senantiasa siap melaksanakan tugas-tugas kemiliteran. Dan salah satu kemampuan prajurit Pasukan Khas (Paskhas) adalah Search And Rescue Combat atau SAR Tempur dalam kegiatan operasi mencari dan menolong Survivor.



Penyelenggaraan Operasi SAR Tempur oleh Flight SAR Tempur Paskhas dilaksanakan oleh  Tim Penolong dan Tim Pengaman yang mempunyai syarat kemampuan dan organisasi tugas tertentu, walaupun tentu saja, keberhasilan penyelenggaraan SAR Tempur dipengaruhi pula oleh faktor cuaca, medan di mandala operasi. Seperti kemampuan meteorologi, komunikasi elektronika dan kerja sama pesawat terbang; kemampuan untuk melindungi, memberikan pengamanan unsur pesawat yang akan melakukan penjemputan Tim Penolong dalam evakuasi korban (survivor) serta melaksanakan peran komunikasi elektronika dan KSPT.


Dalam hal ini diperlukan beberapa kemampuan lainnya antara lain kemampuan taktik dan teknik menuju lokasi musibah, mengatasi ancaman dan melaksanakan pelolosan serta kemampuan melaksanakan pertolongan medis dan penyelamatan korban keluar dari lokasi kejadian untuk dibawa ke daerah yang lebih aman.



 
Berdasarkan Surat Telegram Asisten Operasi Kasau Nomor T/ 468/ 2012/ tanggal 9 Mei 2012 tentang pengerahan personil Paskhas untuk SAR hilangnya pesawat Rusia di Gunung Salak, maka pada Rabu (9/5) pukul sembilan malam, Tim SAR tempur Batalyon 467 Paskhas yang berjumlah sembilan puluh lima personil bergerak menuju ke Gunung Salak Bogor, dengan Team Leader Lettu Pasukan Mochamad Adi Firdaus S, yang sehari-harinya menjabat Komandan Peleton Pan 1 Kipan 2 di Batalyon 467 Paskhas. Mulanya Tim SAR menuju ke Pangkalan TNI AU Atang Sendjaya Bogor; baru pada Pukul 10.00 melaksanakan briefing di Lanud ATS Bogor.



            Dengan berbekal perlengkapan SCRU, Tali Karmantel 50m, GPS, Senter Lapangan, Panel, Bad Parking, Sarung Tangan, Pule Single, Protector, Penggaris, Kompas, Wibing (ini untuk Jump Master). Dan ½ Body Harnest, Senter Besar, Teropong Siang (khusus untuk Full Body Harnest); pas tenga malam menuju ke desa Cidahu dimana adanya Posko I SAR. Dilanjutkan briefing jam 3 dini hari dengan Basarnas, bersama-sama Wanadri (Club Pecinta Alam). Kelompok inilah yang bahu-membahu berusaha menemukan lokasi jatuhnya pesawat. Dari kesaksian Komandan Tim SAR Paskhas Lettu Pasukan Mochamad Adi Firdaus S diketahui, ada beberapa jalan menuju lokasi kecelakaan. Dengan tekad dan niat tulus untuk menolong, Tim SAR Paskhas melangkah memulai pencarian dengan membuka jalan melalui jalan kiri Posko Cidahu, tindakan ini dilakukan walaupun hanya sedikit informasi yang diperoleh tentang kondisi dan situasi medan pencarian di Gunung Salak. Ternyata medan terlalu curam dengan tingkat kemiringan hingga sembilan puluh derajat. Sehingga diputuskan untuk mengambil rute lain yakni melalui daerah Cimelati. Kondisi medan ternyata sama persis seperti dengan yang dilalui dari Posko Cidahu, tebing-tebing gunung yang curam sehingga sungguh tidaklah mungkin untuk bertindak sendirian tetapi haruslah dibantu oleh Tim SAR lainnya, dengan melakukan turun tebing.





            Hari berikutnya, Kamis pagi (10/5) diawali dengan briefing, Komandan Tim memimpin rapat, bersama-sama membuat rencana gerak untuk melakukan evakuasi nantinya, merencanakan taktis pertolongan di darat, serta rencana penetrasi udara. Pada saat ini, Komandan Tim Lettu Pasukan Mochamad Adi Firdaus S mengecek kelengkapan personel dan materiil lain yang akan digunakan dalam operasi SAR serta mengadakan koordinasi dengan satuan/ unsur SAR lain yang terkait. Setelah semuanya ini dilakukan, tim menuju lokasi pencarian korban, selang tidak beberapa lama, pada Pukul 10.00, terdengar kabar Tim SAR Udara telah menemukan serpihan-serpihan jatuhnya pesawat. Langsung juga pada saat itu, Pukul 14.00 tim kembali ke Posko Cidahu untuk mengikuti informasi terakhir. Sehingga pada pukul 16.00 seluruh personil SAR bergerak menuju posko induk yang baru dibentuk di desa Cipelang. Hari itu diakhiri dengan rapat untuk menyusun kekuatan, serta merencanakan kegiatan untuk esok harinya.



 
            Dengan bantuan penelusuran dari unsur SAR Udara yakni dengan adanya foto udara (baca Berita Pers: Komandan Lanud Halim: pimpin langsung pengambilan gambar tempat jatuh pesawat Sukhoi dari udara (10/5) merupakan alasan kuat mengapa Tim SAR Tempur Batalyon 467/ Korpaskhas merupakan tim yang pertamakali mampu meluncur ke lokasi kejadian kecelakaan pesawat Sukhoi Superjet 100. Hal ini terbukti dengan pemberitaan Kompas, Sabtu (12/5) halaman 15 kolom 3. Hingga Jumat pagi, helikopter NAS-332 Super Puma dari Skadron Udara 6 Lanud Atang Sendjaya batal menurunkan satu regu Paskhas. Pukul 10.35, tim SAR Paskhas yang terdepan melaporkan telah berada di tubir jurang sejarak 150 meter dari lokasi puing.




            Hal ini dimungkinkan sebab dengan foto udara, diketahui secara pasti titik koordinatnya, tim aju ini diikuti oleh Wanadri, turut pula dalam rombongan, crew Trans7 dan wartawan Radio, mulai bergerak pada Kamis pagi (10/5) pukul lima pagi hari, menuju lokasi kecelakaan melalui desa Cijeruk dengan menggunakan GPS berpatokan pada peta menuju sasaran, saat itu pula tim aju Batalyon 467 Paskhas sudah masuk kedudukan. Walaupun, kenyataannya kendala dilapangan sangat ekstrim, tertutup dengan cuaca yang selalu berubah-ubah. Sayang, mereka terhalang kabut tebal. Hal ini menyulitkan tim SAR untuk jarak pandangnya. Ketika kabut tersingkap, setapak demi setapak Tim SAR mendekati lokasi jatuhnya pesawat. Sehingga cara satu-satunya yang ditempuh adalah dengan memaksimalkan fasilitas yang ada dengan senantiasa berkoordinasi dengan satuan atas. Selalu berkoordinasi dengan posko tentang keadaan medan dan cuaca serta berupaya untuk membuka jalan baru demi memudahkan evakuasi dari lokasi kecelakaan.






            Tim yang telah diperlengkapi dengan berbagai kemampuan ini salahsatunya kemampuan  melakukan penetrasi untuk mengatasi berbagai rintangan medan; kemampuan memberikan pertolongan medis terhadap korban pada kecelakaan, juga kemampuan melakukan ”SERE” (Survival, Evasion, Resistance, Escape) serta kemampuan menentukan titik pendaratan pesawat terbang di daerah pelolosan untuk melaksanakan evakuasi korban. Telah berhasil merangsek maju membuka jalur yang belum pernah dilalui oleh pendaki gunung sekalipun. Saat pendakian dilakukan, pada saat itu pula Tim Sar Batalyon 467 telah membawa alat pemotong kayu seperti senso metal untuk membuka jalan dengan memotong ranting-ranting kayu pohon. Dan tim inilah yang lebih dahulu menemukan mayat-mayat bergelimpangan dengan reruntuhan badan pesawat yang berserakan. Kerja keras dan upaya yang dikerahkan berbuahkan hasil dengan ditemukannya sepuluh mayat di lokasi jatuhnya pesawat Sukhoi Jet 100. Dan pada pukul tiga sore harinya, tim mencapai salah satu puncak Gunung Salak. Berita ditemukannya tempat kecelakaan merupakan berita yang paling dinanti-nantikan oleh seluruh rakyat Indonesia, yang sejak awal mengikuti perkembangan kejadian bencana nasional ini.




Sebenarnya, menurut Komandan Tim Lettu Pasukan Mochamad Adi Firdaus S, ada beberapa alternatif jalur pencarian, yang dimulai dari tiga tempat sebagai tempat start yaitu pertama, bertitik-tolak dari desa Cidahu. Didesa ini sudah ada jalur pendakian. Hal ini tidaklah mengherankan sebab  kawasan ini menjadi bagian dari rimba perawan Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) dan banyak para pendaki ataupun pencinta alam menapaki jalur ini. Jalur kedua, melalui desa Cimelati, jalannya masih sangat alamiah, sehingga harus dibuatkan jalur yang baru. Dan yang ketiga, start dari Cipelang  yang dapat dilalui walaupun dengan tingkat kesulitan tersendiri.

Serpihan-serpihan badan pesawat bercampur-baur dengan bagian-bagian tubuh korban yang tidak berbentuk jasad lagi berserakan, aroma pembusukan menyengat hidung menyambut kedatangan Tim SAR Paskhas dan Wanadri serta media pers. Potongan-potongan jasad dikumpulkan dalam kantong dengan menggunakan sarung tangan. Dan semua barang-barang yang dapat dijadikan identifikasi jasad dikumpulkan dan langsung diserahkan kepada Penanggungjawab (personil yang paling tertua) di Posko. Selanjutnya, pihak rekan-rekan yang di Posko-lah yang akan memilah-milah antara badan-badan penumpang yang sulit dikenali dengan barang-barang penumpang berupa kartu identitas ataupun kartu yang lainnya.
Sementara itu, pesawat helikopter SAR dari Skadron Udara 8 Pangkalan TNI AU Atang Sendjaya telah berupaya untuk mendekati lokasi kecelakaan, penetrasi melalui udara dilakukan dalam rangka mendapatkan ruang gerak yang leluasa bagi Tim Penolong untuk persiapan pelaksanaan evakuasi. Namun cuaca yang berubah-ubah dan tidak dapat diprediksikan, saat pagi hari, kabut naik dari bawah, naik dan selalu menutupi bagian atas gunung Salak, cuacanya sangat tidak mendukung untuk dapat dilakukan pendaratan, maka dilakukan penerjunan dengan cara HAHO/ HALO, dengan ketentuan ketinggian pesawat 8000 feet AGL ataupun peluncuran menggunakan tali (rapelling dan fast rope) ataupun alternatif lainnya yaitu dengan penggunaan hoist. Ataupun alternatif lain yang sama berbahayanya adalah melakukan penetrasi dengan Air Landed.  Penetrasi dengan air landed dilakukan untuk mendaratkan pasukan pada dasar/ daratan yang dapat didarati pesawat helikopter, pelaksanaannya pesawat mendarat pada daratan yang keras atau area yang dapat didarati. Tim evakuasi atau SAR Udara sangat menolong pekerjaan evakuasi yang dilakukan oleh tim SAR darat, apalagi dengan bantuan hoist. Cara ini digunakan untuk menjangkau tim SAR darat yang berada di lereng gunung yang curam, terutama menyuplai dukungan logistik demi memelihara dan menjaga moril seluruh personil yang telah berada di tebing gunung.
Jumat (11/5) dimulai pagi hari pukul 05.00, lima personil dari masing-masing satuan melaksanakan pencarian, dibantu sepuluh personil yang melakukan evakuasi. Hal ini sangat menguras tenaga sebab kondisi korban yang sudah berhari-hari tergeletak didasar jurang dan membengkak. Berat mayat menambah tingkat kesulitan tim dalam melakukan evakuasi, apalagi diambil dari dasar jurang. Menilik dan mempelajari kondisi dan situasi yang terjadi, maka diputuskan untuk membuat area pendaratan pesawat Helikopter. Keputusan ini tepat sekali sebab menolong meringankan pekerjaan evakuasi, dibandingkan dengan mengangkut jasad melalui rute darat dengan medan yang menyangsikan.



Kesibukan pembuatan Helypad inilah yang paling mencolok, setelah penemuan lokasi kecelakaan. Komandan Tim memikirkan bagaimana caranya mencari tempat pendaratan yang aman bagi pesawat heli untuk memudahkan tim SAR udara mengevakuasi. Pembuatan helipad ini sangat membutuhkan kejelian mata oleh tim didalam memilih lokasi pendaratan, sebab sebagian besar area berada dalam keadaan yang terjal dan curam.
Sekaligus berupaya sekuat tenaga menyiapkan landasan pesawat dengan menebang pohon-pohon ditempat yang datar bagi evakuasi melalui jalur udara. Tenaga prima juga dibutuhkan dan dengan bantuan Tim SAR lainnya, dimulailah kegiatan pembukaan hutan dengan memotong pohon-pohon untuk keamanan pendaratan Helikopter dari Skadron Udara 8 Pangkalan TNI AU Atang Sandjaya Bogor. Helypad adalah lokasi pendaratan yang aman dan dapat didarati oleh alat utama sistem persenjataan ini. Lokasi pendaratan haruslah dekat dengan lokasi terjadinya kecelakaan.





Kelebihan lainnya dari Tim SAR Batalyon 467 Paskhas ini adalah dilengkapinya tim dengan keahlian khusus seperti Parking Master. Para Penerbang pesawat Helikopter sangat bergantung kepada kehandalan tim ini didalam memandu maupun menuntun mereka menempatkan badan pesawatnya tepat di garis Helypad. Sebagai ketua tim aju, Lettu Pasukan Mochamad Adi Firdaus S telah membagi tugas setiap anggota tim SAR Paskhas. Setiap harinya ada Parking Master yang dengan jeli memberi kode pendaratan ataupun untuk rafling bagi pasukan yang lainnya. Sebagai ground-crew, tugas ini sangatlah penting bagi keselamatan semua anggota SAR di udara maupun yang berada di darat. Dukungan peralatan dari Lanud Atang Sendjaya seperti tambahan alat pemotong kayu/ senso, tool-kid lainnya, sangatlah membantu membangun Helypad di puncak Gunung Salak 1. Apalagi dukungan logistik bagi personil di gunung, sangatlah menentukan keberhasilan evakuasi. Seandainya pesawat heli tidak dilibatkan, maka mungkin saja personil akan terpaksa puasa dua hari. Padahal dinginnya iklim di ketinggian Gunung Salak merupakan satu tantangan yang sangat menguji keteguhan hati para Tim SAR darat yang berusaha menaklukkan puncak Gunung Salak. “Sebenarnya ada sumber mata air di Pos tiga desa Cimelati, namun jarak tempuh dan medannya terlalu beresiko bagi personil untuk kembali ke desa dan mengambil logistik”, kata Lettu Pasukan Adi Firman menjelaskan.
            Kemudian, setiap harinya ada lima orang pertama yang berangkat sejak jam enam pagi sebagai tim pencari korban. Ini dilakukan sampai dengan sore harinya. Kemudian kembali diluncurkan sepuluh personil pada pukul tujuh sampai dengan dua belas tengah hari sebagai tim evakuasi. Bergantian dengan tim selanjutnya yang meneruskan tugas evakuasi dari jam 12 sampai dengan 16 setiap harinya. Hal ini patut dilakukan sebab mengingat beratnya medan serta beratnya korban yang telah berhari-hari terabaikan. Belum lagi mengingat bau tajam yang menusuk hidung. Dibutuhkan mental dan jiwa besar didalam melakukan kerja kemanusiaan ini. Sehingga pada Minggu (13/5) tim melakukan pergantian tenaga evakuasi dengan personil yang baru di lokasi kecelakaan, dan kemudian hari itu ditutup dengan evaluasi oleh pemimpin tim. Demikian selanjutnya, sampai dengan selesainya kegiatan evakuasi.
Dengan tidak mengingat diri sendiri, seluruh tim mengumpulkan satu persatu serpihan serpihan pesawat dan anggota-anggota badan korban. Cuaca yang dingin, medan yang terjal, bau yang menyengat menuntut kesigapan yang tinggi dari personil TNI. Untung saja, hal ini didukung dengan adanya suply logistic melalui udara. Melalui darat tidak dapat diharapkan sebab jalur yang sangat curam. Jika tim SAR lainnya dibagi dalam dua kelompok yang secara bergantian naik-turun ke puncak Gunung Salak, namun Tim SAR Paskhas tetap stand-by di puncak gunung sebab adanya Parking Master yang mampu menuntun Tim SAR Udara didalam menyuplai makanan serta dalam melaksanakan evakuasi melalui udara.
Menurut Lettu Pasukan Mochamad Adi Firdaus S, pengalaman SAR ini tidak akan dilupakannya, saat ketika menemukan korban pertama dengan semampunya berbuat maksimal walau hanya dengan perlengkapan seadanya. Uniknya lagi, jasad korban atas nama Pamela Rompas ditemukan pas bertepatan dengan hari ulang tahunnya 16 Mei. Hal ini tertera pada kartu identitasnya yang ditemukan tidak jauh dari jasadnya. Tim SAR telah berhari-hari merangsek naik kearah tebing Gunung Salak mulai dari tanggal 9 Mei sampai dengan tanggal 16 Mei. Dan pada tanggal inilah korban ditemukan disaat seharusnya ia merayakan HUT-nya. Pengalaman yang paling berkesan lainnya ketika tidur berdampingan dengan kantong-kantong mayat di puncak gunung sebab cuaca tidak memungkinkan untuk dilakukan evakuasi pada sore harinya. Kabut perlahan naik ke arah puncak gunung sehingga harus menunggu pada keesokan harinya. “Kedengarannya janggal malam itu tidur bersama mayat korban, tetapi ini benar-benar terjadi, namun kami tidak lagi memikirkan yang lainnya, sebab badan semuanya penat tak terhingga”, ungkap perwira kelahiran Malang tahun 1986 yang lalu.
“Kami selesaikan tugas sampai tuntas dengan stand-by senantiasa di Posko Cipelang. Total keseluruhan tim SAR berjumlah sembilan puluh lima personil yang merupakan gabungan SAR Udara maupun SAR Darat”, ujar Perwira yang masih lajang ini. “Halangan yang paling berat adalah cuaca yang berubah-ubah dengan suhu kelembaban yang tinggi, disertai hujan berkepanjangan. Ini merupakan tantangan berat yang harus mampu dihadapi oleh anggota tim SAR, selain tentunya medan yang sangat asli dan alamiah. Kabut yang selalu mengikuti dan menutupi wilayah pencarian di Gunung Salak menjadikan pengalaman ini sangat berharga. Bahwa kita harusnya menghargai hidup yang telah dianugerahkan Tuhan bagi kita”, kata Adi dengan berfilsafat.
Dengan adanya pengalaman dalam Save and Rescue korban pesawat Sukhoi Superjet100 ini menjadi wacana pemikiran selanjutnya agar dapat menyiapkan Helly-Pad sebagai salah satu alternatif mengantisipasi kemungkinan terjadinya Emergency di wilayah Gunung Salak yang terkenal dengan lereng-lerengnya yang terjal dan curam.
Dedikasi dan kerja keras Tim SAR Batalyon 467 Paskhas bersama tim SAR lainnya menuai pujian dan empati dari rakyat dan pemerintah Indonesia. Dalam hal ini Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat HR Agung Laksono dan Kepala Badan SAR Nasional Marsekal Madya TNI Daryatmo memberikan sebentuk penghargaan kepada tim SAR Batalyon 467 Paskhas pada saat upacara penyerahan jenasah dari Menteri Perhubungan kepada keluarga korban. Atas dedikasi dan kerja keras yang telah diberikan dalam pencarian, penyelamatan dan evakuasi korban-korban kecelakaan pesawat Sukhoi Superjet100 di Gunung Salak, Bogor, Jawa Barat pada tanggal 9 Mei 2012.
Lettu Pasukan Mochamad Adi Firdaus S, Komandan Tim SAR, mengatakan (Dikutip dari pemberitaan Kompas, Sabtu (12/5) halaman 15 kolom 4): “Bagi TNI dalam operasi SAR tidak ada kata kembali. Sekali berangkat, tim harus menemukan lokasi biarpun bermalam di hutan dengan logistik dan air yang mungkin minim. Namun untuk kondisi itulah mereka telah dilatih”. Bravo Batalyon 467 Paskhas, Jinggamu perisai Dirgantara.***

Mars Batalyon 467 Paskhas

Wahai prajurit Hardha Dedali
Patriot Pembela Pancasila
Tetap pandang ke depan menuju kejayaan
Meraih cita-cita Nan mulia

Wahai prajurit Hardha Dedali
Kreatif Inovatif dan Terlatih
Prajurit Korpaskhas yang tak kenal lelah
Berjuang bergerak dan bertempur

Dimedan laga kau tetap terdepan
Berjuang merebut dan kau menang
Pantang menyerah dan tak putus asa
Berjiwa satria andalan Baret Jingga
Rela berkorban demi Indonesia
Jinggamu perisai Dirgantara.
             


Selasa, 10 Juni 2014

COPE WEST 2012 LATIHAN BERSAMA USAF- TNI AU


COPE WEST 2012
LATIHAN BERSAMA USAF- TNI AU
Oleh: Kapten (Sus) Michiko Moningkey

            Seminggu berlalu, sejak latihan bersama antara TNI Angkatan Udara dengan United State Air Force (USAF). Tepatnya dengan Wing I Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma.
Latihan ini resmi dibuka oleh Wakil Kepala Staf AU Marsdya TNI Dede Rusamsi (menjabat saat kegiatan ini berlangsung). Dengan didampingi oleh Lt. Gen Stanley T. Kresge. Selaku Commander 13th Air Force USAF “Hickem Air Force Base” Hawaii.
Latihan Bersama TNI AU-USAF 'Cope West 2012'
            Namun kesan mendalam telah membekas dihati seorang pengamat sepertiku. Pengamat dari di pinggir lapangan. Sebab ada banyak hal-hal yang sangat berharga, yang telah ditemui dari perpaduan kerjasama ke dua Angkatan Udara ini.
Mungkin ini hanyalah kesan awal yang begitu mempesona. Di mata seorang yang melihat dari kejauhan. Namun pula, sangat berarti dan menarik untuk disimak.
            Sebenarnya, apa yang menarik bagiku, sudah bukan merupakan suatu hal yang baru lagi di dunia kedirgantaraan, apalagi di dunia militer.
Disiplin, inilah kata kunci yang ingin saya ceritakan. Sejak roda ban pesawat Hercules C-130 milik 374 Air Lift Wing, Yokota Air Base Japan, mendarat di landasan pacu Lanud Halim.
Maintenance Airmen dari the 374th Airlift Wing Yokota AB Japan memastikan propeler sedang bekerja dengan baik

Decak kagum terdengar dari antara personel TNI AU. Yang saat itu bertugas untuk menjemput anggota USAF yang akan terlibat di dalam Joint Exercise Cope West  tahun 2012 kali ini.
Dari bunyi yang dihasilkan oleh badan pesawat yang tergolong jumbo ini, dapat diketahui kondisi prima mesin pesawat buatan pabrik Lockheed Amerika ini.
Bunyi mesin pesawat yang tidak asing lagi di telinga warga Lanud Halim. Di kejauhan nampak semburat jingga cahaya mentari pagi dengan udara segar yang menerpa wajah.
Anggota militer 374 Air Lift Wing, Yokota Air Base Japan, kemudian menjejakkan kakinya di Jakarta, Indonesia.
            Setelahnya, C-130 Hercules berbendera USA ini bertengger dengan gagahnya di landasan Terminal Selatan Lanud Halim. Seluruh personilnya dengan penuh kesadaran membentuk barisan memanjang sepanjang taxy-way.
            Untuk memunguti benda-benda sekecil apapun yang ditemuinya; yang berpeluang menjadi sumber kecelakaan bagi penerbangan.
            Mungkin bagi orang awam, tindakan ini kelihatannya sangat sepele dan aneh. Namun bagi orang penerbangan hal ini merupakan tindakan penting dan bijak. Di dalam menghindari terjadinya kecelakaan terbang dan kerja.
Hal ini mengingatkanku pada pengalaman sepuluh tahun yang lalu. Saat berdinas di Pangkalan Udara tipe C seperti Lanud El-Tari Kupang Nusa Tenggara Timur.
Kegiatan ini merupakan kegiatan rutin yang juga dilaksanakan di Lanud yang terkenal dengan kain tenunannya ini. Awalnya sangat mengejutkanku.
Namun, dibalik tindakan ini semua, ternyata terkandung makna yang sangat mendalam.
            Sebagai insan dirgantara yang berkecamuk dengan peralatan-peralatan berteknologi tinggi. Seperti dengan “Burung Besi yang bisa terbang”. Kegiatan ini sudah merupakan program tetap yang tidak bisa ditawar-tawar.
Anak-anak di Gorda Binuang sedang melihat anggota Paskhas AU yang sedang bersiap-siap mendarat setelah loncat keluar dari C-130 Hercules untuk mendukung Cope West

Sebab Zero Accident merupakan target khusus yang mendapat skala prioritas utama di kalangan insan Angkatan Udara.
            Teknologi militer yang semakin canggih itu memiliki konsekuensi. Bahwa faktor keselamatan terbang dan kerja menjadi tolok ukur. Bagi kesiapan dan keberhasilan TNI Angkatan Udara dalam melaksanakan tugasnya.
36th Airlift Squadron Commander Lt  Col Dave Kincaid melihat keluar jendela saat tampilan beberapa manuver diatas area penerjunan Gorda untuk mendukung Cope West yg adalah latihan bersama US

Oleh sebab itu, untuk kesekian kalinya Pimpinan TNI AU senantiasa menginstruksikan. Kepada seluruh personel jajaran TNI Angkatan Udara.
Untuk menempatkan keselamatan terbang dan kerja pada prioritas utama. Dalam setiap pelaksanaan tugas. Sehingga “Zero Accident” benar-benar dapat diwujudkan.
            Kembali ke awal, apa yang sebenarnya mendorongku untuk menulis tentang secuil pengalaman ini? Jauh di kedalaman hatiku ada sesuatu yang menggelitik hati.
Dan yang ingin kutuangkan dalam bentuk tulisan. Walau mungkin sebagai pengamat diluar lapangan, semuanya kutuliskan apa adanya dan masih sederhana.
Cope West 2012

            Hal menarik lainnya yang kutemui selama interaksi ini berlangsung adalah sikap kepastian. Tidak pernah mengandai-andai. Tetapi memastikan dengan sungguh-sungguh apa yang menjadi tugas dan tanggungjawabnya.
Hal ini tercermin saat salah satu USAF Airman memeriksa dengan cermat dan mendetil. Setiap jengkal badan pesawat C-130 Hercules yang diawakinya.
Sekali lagi, ini sudah ‘program tetap’ -- istilah di dunia Angkatan Udara. Sekali lagi ‘check and re-check’.
Master Sgt John Gaona  jumpmaster dari 93rd Air Ground Operations Wing Lanud Moody Ga  sedang memeriksa tali statik peterjun Indonesia pada tgl 26 Juni 2012 di Lanud Halim

Tindakan ini, Penulis perhatikan, tidak pernah dilakukan secara asal-asalan ataupun sekilas pandang saja. Bahkan, memperlengkapi dirinya dengan alat penerang seperti senter ditangan.
Luarbiasa khan? Siang hari menggunakan senter? Namun, seperti inilah seharusnya yang patut dicontohi. Sikap bertanggung-jawab sepenuhnya, penuh kehati-hatian dan waspada.
            Nilai plus lainnya yang tidak kalah pentingnya adalah konsentrasi penuh pada apa yang dihadapannya. Tingkat keseriusan yang tinggi.
Seorang Jumpmaster dari Batalyon 461 Paskhas memeriksa parasut sebelum latihan terjun sebagai bagian dari latihan Cope West 2012 di Lanud Halim P tgl 26 Juni 2012  Cope West

Tidak pernah mengganggap sesuatu hal itu sudah seperti itulah terjadi dengan sendirinya. Tidak demikian. Tetapi, melihat kembali, mengevaluasi kembali dan mengujinya dengan rapat tim.
Membandingkan berbagai argument atau pendapat kemudian membuktikan kembali ketepatan perhitungan awal. Luar biasa.
            Sebab itu, tidaklah asing lagi saat melihat para Airmen mengadakan briefing singkat di luar badan pesawat sebagai pemeriksaan terakhir sebelum melaksanakan penerbangan.
Paskhas AU sedang memasuki C-130 USAF untuk misi latihan terjun statik pd tgl 29 Juni 2012 di Lanud Halim  Ada kira kira 75 Airmen dari TNI AU yang berpartisipasi pada Cope West tahun ini

            Satu lagi yang menambah decak kagum yang tiada henti, saat memperhatikan Msgt John Ganoa. Seorang Jumpmaster dari 18th Weather Squadron Fort Bragg, US.
Saat memberikan simulasi penerjunan kepada ke-22 anggota Pasukan Khas Angkatan Udara Batalyon 461 di dalam badan pesawat C-130 Hercules USAF.
Indonesia Jumpmaster loncat keluar dari C-130 Hercules dari 36th Airlift Squadron Lanud Yokota Jepang saat diatas drop zone Gorda tgl 22 April 2010  Foto Sgt Cohen A Young
            Walaupun, pesawat yang digunakan sedang bertengger di atas daratan namun saat mempraktekkan peristiwa penerjunan. Ia bertindak dan berlaku seakan-akan pesawat sedang mengudara.
Keseriusan ini patut dijadikan nilai positif yang dapat diambil. Bukankah, latihan praktek dilapangan bagi militer merupakan kunci keberhasilan?
Jadi, pengulangan yang bersungguh-sungguh merupakan tanda 90% keberhasilan pelaksanaan tugas?
Indonesia Jumpmaster loncat keluar dari C-130 Hercules dari 36th Airlift Squadron Lanud Yokota Jepang saat diatas drop zone Gorda tgl 22 April 2010  Foto Sgt Cohen A Young
            Demikianlah yang diperlihatkan seorang anggota militer USAF didalam melakukan latihan. Tidak pernah menganggap sepele suatu tindakan pengulangan dalam suatu latihan.
Semoga hal kecil seperti ini tidak akan terlewatkan oleh orang kita. Lain halnya dengan Airman 1st Class Brandon Jenkins, seorang ahli tali-temali pengepakan barang.
Berasal dari 374th Logistics Readiness Squadron’s Combat Mobility Flight. Bekerja bersama-sama dengan Indonesian Airmen mengerjakan sebuah pengepakan barang yang rendah biaya dan praktis untuk Low-Altitude.
Kedua negara bersama-sama, langsung mempraktekkannya secara bahu-membahu membuat bundel LCLA. Yang merupakan tipe terbaru palet yang pada umumnya digunakan oleh U.S Forces untuk pengangkutan udara menyuplai secara cepat dan efisien.
Senior Airmen Nicholas Gilvin ahli tali-temali dari The 37th Logistics readiness Squadron Combat Mobility Flight di Lanud Yokota Jepang  bekerja bersama Indonesian Loadmaster
            Jika dicermati dengan bijak oleh seluruh peserta latihan. Hal-hal seperti inilah yang sebenar-benarnya memperkaya pengalaman dan pengetahuan.
Bahkan wawasan berpikir seorang prajurit, diharapkan makin professional. Didalam mengemban tugas dan tanggungjawabnya sebagai pilar bangsa dan Negara.
Seperti yang telah tertuang pada sambutan pidato kedua pimpinan latihan. Latihan seperti inilah yang menjadi urat nadi. Mengalirkan kemampuan, kekuatan dan kesiapan untuk melaksanakan setiap tugas Negara.
Terlebih-lebih bila dihadapkan dengan teknologi militer yang semakin modern dan canggih.
Sebuah paket Container Delivery System sedang dilepaskan keluar dari C-130 Hercules

            Setelahnya, selama lima hari kerja, Indonesian-American Airmen telah bekerja bahu-membahu. Secara bertahap, saling bertukar taktik, teknis, prosedur penerbangan udara.
Memimpin pertukaran para ahli yang benar-benar piawai dibidangnya masing-masing. Sehingga pada akhirnya, akan mempertinggi kemampuan pertukaran informasi dari kedua Angkatan Udara.
Dan meningkatkan kesiapan penanggulangan bencana alam kawasan regional.
Namun diatas kesemuanya ini, ilmu pengetahuan tanpa menyentuh sisi kemanusiaan, apalah artinya. Semuanya bisa menjadi sia-sia. 
Dengan kesempatan latihan di area drop-zone Gorda, USAF dan TNI Angkatan Udara memberikan sumbangan perlengkapan sekolah dan olahraga kepada SDN 3 Warakas, Banten, Serang.
Bantuan perlengkapan sekolah dan olahraga ini diberikan langsung kepada seluruh anak-anak sekolah. Oleh Mayor Nav Sudaryanto dan oleh Lt. Col Pete Kelley selaku Commander Detachment Yakota Air Base, Japan.
Menurut Lt. Col Pete Kelley perlengkapan olahraga dan alat belajar ini, merupakan murni sumbangan anak-anak keluarga besar Detachment Yakota Air Base, Japan.
Lt Col Pete Kelley Komandan dari Cope West 11 Detasemen Lanud Yokota Jepang berbicara kepada murid murid SD Negeri 3 Warakas di Binguang  Anggota lanud Yokota memberikan lebih dari 1200 Dolar
Sepenggal cerita menarik dan mengesankan. Bagi seorang pengamat dari pinggir lapangan. Bahwa untuk maju setiap insan Angkatan Udara harus smart untuk memanfaatkan kesempatan yang langka ini. Belajar dan berlatih, berlatih dan berlatih***(Penulis sekarang menjabat sebagai Kepala Sub Seksi Perpustakaan Dinas Penerangan TNI AU; Mobile: 081213801618., kantor 0218709261., email: michikoinfo05@yahoo.com atau michiko.moningkey@yahoo.co.id; twitter: @SanraMichiko; facebook Michiko Sandra Moningkey; blog http://michiko030176.blogspot.com; No. Rek BNI 0094119530 atas nama Ibu Sanra Michiko Moningkey atau No Rek BNI 0228850846 atas nama Ibu Sanra M. Moningkey, S.Sos)). *Seluruh isi materi ini merupakan milik intelektual pribadi. Meniru dan menggandakan hal-hal yang dicantumkan dalam materi ini, diluar maupun tanpa seizin Penulis, merupakan pelanggaran hak intelektual dan dapat diproses  sesuai hukum yang berlaku.