Michiko Moningkey is the owner of this blog. Which is the way to explore my mind with writing....sharing many interesting experiences. So that why Michiko named this blog "All things are possible". That however small we may see ourselves, we can still dream big, and that nothing is impossible. That we can pursue any kind of dream we have, as long as we're not giving up, as long as we keep on trying, and as long as we're doing our best.
Mayor Sus Michiko Moningkey saat mengikuti seleksi Petembak AU untuk kejuaraan menembak Piala Panglima TNI tahun 2017 di Lanud Sulaiman Bandung
Bersama atlet menembak Wara saat mengikuti seleksi Petembak AU untuk kejuaraan menembak Piala Panglima TNI tahun 2017 di Lanud Sulaiman Bandung
Bersama atlet menembak Wara saat mengikuti seleksi Petembak AU untuk kejuaraan menembak Piala Panglima TNI tahun 2017 di Lanud Sulaiman Bandung
Pose bersama atlet menembak Wara pada pagi hari sebelum melaksanakan menembak dengan materi Jarak 50 meter tembak reaksi di Lanud Sulaiman Bandung tahun 2017
Pelatih Militer adalah seseorang yang memiliki keahlian khusus dalam mengajar teknik-teknik ilmu kemiliteran dilandasi oleh pengalaman maupun pendidikan di pelatihan instruktur militer.
Darimana datangnya beribu-ribu pasukan jika bukan dari hasil pembentukan tangan seorang Pelatih Militer. Kunci keberhasilan terbentuknya suatu pasukan yang gagah, disiplin dan tangguh adalah berasal dari pahatan tangan seorang Instruktur tempur.
Pelatih di Akademi Angkatan Udara Yogyakarta (Sumber Michiko Moningkey Foto Koleksi Pribadi)
Kekuatan militer akan berkembang dengan hebat sebab ada instruktur-instruktur tempur yang akan membentuk kader-kader. Hal inilah yang menjadi inti pembinaan ratusan batalyon-bataylon baru.
Dari batalyon-batalyon baru inilah akan bangkit pula instruktur-instruktur yang akan menggembleng ratusan ribu calon prajurit menjadi tamtama-tamtama dan bintara-bintara yang tangguh.
Para instruktur ini akan melaksanakan satu-satunya teknik latihan yang akan menjamin bahwa para anak-buahnya ini akan tahan uji. Segera, sesudah butir-butir peluru panas beterbangan.
Latihan-latihan pembentukan ini dilakukan secara realistis di tengah lingkungan dan suasana medan pertempuran yang sesungguhnya.
Menggembleng dan melatih anak-buahnya di tengah cuaca ekstrim dan bahkan menguji batas kemampuan manusia sampai batas paling akhir. Bahkan melelahkan mereka dalam gerakan-gerakan latihan yang lama dan membutuhkan ketahanan tubuh yang tinggi.
Tujuannya, tidak lain, adalah untuk menghasilkan orang-orang yang sehat badannya. Sangat terlatih di dalam jabatan militer ataupun teknis. Dan yang telah terbiasa akan disiplin serta dapat bekerja sama dalam satu kesatuan tim.
Bahkan memiliki rasa kebanggaan yang sebesar-besarnya akan kewajibannya. Artinya, yang rohani maupun ketrampilannya telah siap untuk perang.
Pelatih di Akademi Angkatan Udara Yogyakarta (Sumber Michiko Moningkey Foto Koleksi Pribadi)
Singkat kata, cukuplah kesempatan telah diberikan bagi mereka, baik perwira maupun anak buahnya, untuk menunjukkan nilainya sebagai militer profesional. Untuk mengeluarkan hal-hal baik dan berkualitas dari dalam dirinya. Setelah melewati tekanan latihan yang keras dan berat.
Sekarang Pembaca dapat mengerti betapa sangat pentingnya keberadaan seorang Pelatih atau Instruktur Militer dalam pengembangan kekuatan angkatan perang suatu negara.
Sebenarnya instruktur militer tidaklah jauh berbeda dengan pengajar sipil. Apa yang membedakan? Jawabannya akan sangat menentukan perbedaan mendasar.
Setiap orang yang ingin mengajar tentunya memiliki alasan mengapa ia ingin mengajar? Apakah karena merasa ada dorongan yang besar untuk menolong orang lain.
Atau menganggap bahwa ia memiliki pengetahuan khusus atau memiliki keahlian khusus yang dibutuhkan di lingkungan angkatan bersenjata.
Bagi tenaga pengajar sipil, alasan pertama sepertinya lebih mengena tentang alasan mengapa ia tertarik di dunia mengajar. Namun apabila anda adalah instruktur militer sepertinya keputusan ini sudah sejak awal mungkin dibuatkan oleh pengambil keputusan di level atas.
Pelatih di Akademi Angkatan Udara Yogyakarta (Sumber Michiko Moningkey Foto Koleksi Pribadi)
Bagaimanapun setiap pengajar menginginkan untuk melakukan pekerjaan yang mulia, walaupun anda tidak tahu harus memulai darimana. Awalnya ada rasa grogi, takut, gelisah dan sedikit kuatir tentang hasil akhir.
Namun tidaklah demikian, sesungguhnya setiap hari di dalam kehidupan. Setiap kita tanpa disadari melewati tahap-tahapan pengajaran. Contohnya, jika seorang teman menanyakan sesuatu, anda akan menjawabnya.
Jika memiliki penjelasan lengkap, anda akan mengatakan kepadanya. Jika dia tidak juga mengerti maka anda akan berusaha memberikan gambaran. Dan tetap mencoba dengan berbagai cara sehingga dia mengerti. Gampang bukan?
Pelatih di Akademi Angkatan Udara Yogyakarta (Sumber Michiko Moningkey Foto Koleksi Pribadi)
Sungguh, mengajar adalah suatu seni dan membutuhkan beberapa talenta, tetapi hal ini juga adalah suatu profesi dan dapat dipelajari. Beberapa dari kita kadang ragu apakah kita ini adalah seorang guru yang baik.
Kita telah berupaya keras untuk menyampaikan ide-ide. Tetapi di lain pihak, banyak dari kita tidak memiliki karunia mengajar. Kita harus mempelajari metode yang diterapkan untuk menjadi seorang guru yang baik sehingga kita dapat menyelesaikan misi kita.
Sebagian besar bagi kita, mengajar adalah sebuah profesi tetapi tidak jarang juga, mengajar adalah suatu seni bagi orang bertalenta guru.
Bentuk pengajaran di militer tidak jauh berbeda ‘aura’ nya dengan pengajaran di sipil, kecuali satu motif mendasar dibalik kehadiran seorang Instruktur Militer. Hal inilah yang merupakan alasan penting mengapa pengajaran di militer sedikit berbeda.
Dewasa ini, bagi organisasi pendidikan sipil adalah penting untuk menyediakan tenaga pengajar. Demikian pula bagi militer, bahkan berlipat-kali ganda pentingnya untuk menyediakan instruktur militer.
Pelatih di Akademi Angkatan Udara Yogyakarta (Sumber Michiko Moningkey Foto Koleksi Pribadi)
Sebab di atas pundak mereka-lah terletak seluruh tanggungjawab tugas menjaga kedaulatan suatu negara.
Kecuali jika tidak ada lagi instruktur militer yang berkeinginan untuk menerima tanggungjawab bagi misi ini, dan tidak ingin melaksanakan tugas ini dengan penuh kesadaran sikap.
Maka kita tidak dapat berharap dapat membangun dan mempertahankan sikap hormat dan disiplin yang sehat dari seluruh angkatan perang, baik di dalam negeri maupun di luar negeri.
Seorang instruktur militer sangatlah penting dalam pembangunan kekuatan armada perang suatu negara. Untuk itulah seorang instruktur perang dituntut untuk selalu memperbaharui diri dan teknik mengajarnya.
Awalnya mungkin ada sedikit keraguan dalam menjalankan tugas pelatihan. Tetapi seperti biasanya, seorang Instruktur atau pelatih militer telah memiliki pengetahuan teknik yang penting dan memiliki kemampuan untuk memulai karir mengajarnya.
Bagaimanapun, kadangkala apa yang diharapkan saat ini mungkin tidak sama dengan apa yang ada di masa depan.
Seorang pelatih militer kadangkala tidak dapat beristirahat dengan tenang. Mengajar dan melatih adalah salah satu pekerjaan profesi yang sangat mudah untuk masuk ke dalam jebakan rutinitas.
Mereka di tuntut untuk dapat mengambil inisiatif dalam menguji dirinya sendiri dan pengajarannya secara berkala. Senantiasa terus-menerus mengembangkan program yang telah dibuat dengan segala daya upaya. Agar dapat menjelajahi semua pengetahuan tentang materi yang diberikan.
Merencanakan secara seksama setiap pelajaran. Memeriksa semua hal-hal yang kecil yang saling berkaitan dengan materi instruksi, peralatan, pasukan demonstrasi dan pelengkap. Sehingga semuanya itu dapat diinformasikan sepenuhnya secara gamblang. Dan dapat siap pada tempat dan waktu yang tepat.
Setiap hari berlatih dengan seksama. Selalu mempresentasikan pelajarannya dengan sederhana dan mudah dimengerti, jelas, ringkas, masuk akal, dan dengan sikap prilaku yang menarik.
Mengajarkan ilmu atau ajaran yang terbaru. Up to date. Menggunakan ilustrasi pertempuran dan pintar memasukkan kejadian nyata ke dalam materi pelajaran.
Cerdas menggunakan alat bantu pelatihan terbaik. Sanggup membangkitkan atau mendorong siswa berpartisipasi dalam diskusi pelajaran.
Senantiasa menampilkan antusiasme dan membangkitkan rasa ingin tahu dalam setiap pelatihan. Dan terakhir, seorang pelatih militer, dapat menganalisa setiap penampilan dan dapat memperbaiki segala kesalahan, sehingga setiap kinerja yang diraih akan menjadi perbaikan bagi kinerja selanjutnya.
Tanggungjawab seorang Pelatih atau Instruktur adalah menjadi sumber inspirasi bagi calon pelatih lainnya agar dapat menjadi intruktur yang lebih baik.
Dapat mengalihkan nilai-nilai prinsip dari diri sendiri kepada orang lain. Selalu optimis dan penuh antusias dalam menyemangati lainnya. Tetap mempertahankan tekad walaupun hal itu membutuhkan waktu yang panjang yang menguras keringat dan pengorbanan.
Selain itu, Pelatih Tempur memiliki pendekatan yang demokratis dan kooperatif. Selalu memulai kritik dengan diskusi dari gambaran yang baik.
Pelatih di Akademi Angkatan Udara Yogyakarta (Sumber Michiko Moningkey Foto Koleksi Pribadi)
Gambaran secara garis besar bagi yang lainnya merupakan langkah-langkah yang dibutuhkan saat mengatasi kesulitan. Seorang pelatih memberikan penegasan yang jelas untuk menghilangkan segala keragu-raguan.
Dia selalu mengingat bahwa satu alasan mengapa dia berdiri dihadapan anak-buahnya adalah untuk melatih dan mengajar. Pelatih ada karena memang dia memiliki sesuatu untuk disampaikan bukan karena dia harus menyampaikan sesuatu.
Bahasa tubuhnya, gerak badannya, suaranya, perkataannya, bantuannya, dan metode dalam presentasinya, dalam setiap keadaan dan situasi akan menjadi contoh yang hidup bagi orang lain.
Seperti ada pepatah English yang mengatakan: “He who can, does. He who cannot, teaches”. Seseorang dengan kemampuan yang nyata akan tampil apa adanya dirinya, lebih dari apa yang dia ajarkan dan lebih dari apa yang dilakukan oleh orang lain.
Sekilas tentang kisah Pelatih Militer sekiranya membuka alam berpikir kita untuk menempatkan posisi Pelatih Militer di tempat yang strategis dan layak dalam rencana pengembangan kekuatan tempur negara.
Sebab tak diragukan lagi pada merekalah tergantung tanggungjawab pengabdian menjaga kedaulatan dan kehormatan suatu negara.***
{Penulis: Mayor (Sus) Michiko Moningkey, sekarang menjabat sebagai Kepala Perpustakaan Akademi Angkatan Udara. Seluruh isi materi ini merupakan milik intelektual pribadi. Meniru dan menggandakan hal-hal yang dicantumkan dalam materi ini, diluar maupun tanpa seizin Penulis, merupakan pelanggaran hak intelektual dan dapat diproses sesuai hukum yang berlaku}.
Seminggu
berlalu, sejak latihan bersama antaraTNI Angkatan Udara dengan
United State Air Force(USAF).Tepatnya dengan Wing I Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma.
Latihan ini resmi dibuka
oleh Wakil Kepala Staf AUMarsdya TNI Dede Rusamsi (menjabat saat kegiatan ini berlangsung). Dengan didampingi oleh
Lt. Gen Stanley T. Kresge. Selaku
Commander 13th Air Force USAF
“Hickem Air Force Base” Hawaii.
Namunkesanmendalam telah membekas dihati seorang pengamat
sepertiku. Pengamat dari dipinggir
lapangan. Sebab ada banyak hal-hal yang sangat berharga,
yang telah ditemui dari perpaduan kerjasama ke dua Angkatan Udara ini.
Mungkin ini hanyalah kesan
awal yang begitu mempesona. Di mata seorang yang melihat dari kejauhan.
Namun pula, sangat berarti dan menarik untuk disimak. Sebenarnya,
apa yang menarik bagiku, sudah bukan merupakan suatu hal yang baru
lagi di dunia kedirgantaraan, apalagi di dunia
militer.
Disiplin, inilah kata
kunci yang ingin saya ceritakan. Sejak roda ban pesawat Hercules C-130 milik 374 Air
Lift Wing, Yokota Air Base Japan, mendarat di landasan pacuLanud Halim.
Decak kagum
terdengar dari antara personel TNI AU. Yang
saat itu bertugas untuk menjemput anggota USAF yang akan terlibat di dalam Joint Exercise Cope West tahun 2012 kali ini.
Dari bunyi yang
dihasilkan oleh badan pesawat yang tergolong jumbo ini, dapat diketahui kondisi prima mesin pesawat
buatan pabrik Lockheed Amerika ini.
Bunyi mesin pesawat
yang tidak asing lagi di telinga warga Lanud Halim. Dikejauhan
nampak semburat jingga cahaya mentari pagi dengan udara segar yang menerpa
wajah.
Setelahnya,
C-130 Hercules berbendera USA ini
bertengger dengan gagahnya di landasan Terminal Selatan Lanud Halim. Seluruh
personilnya dengan penuh kesadaran membentuk barisan memanjang sepanjang taxy-way.
Untuk memunguti benda-benda sekecil apapun
yang ditemuinya; yang berpeluang menjadi sumber kecelakaan bagi penerbangan.
Mungkin
bagi orang awam, tindakan ini kelihatannya sangat sepele dan aneh. Namun bagi orang penerbangan hal ini merupakan tindakan
penting dan bijak. Didalam
menghindari terjadinya kecelakaan terbang dan kerja.
Hal ini
mengingatkanku pada pengalaman sepuluh tahun yang lalu. Saat
berdinas di Pangkalan Udara tipe C seperti Lanud El-Tari Kupang Nusa Tenggara
Timur.
Kegiatan ini
merupakan kegiatan rutin yang juga dilaksanakan di Lanud yang terkenal dengan
kain tenunannya ini. Awalnya sangat mengejutkanku.
Namun, dibalik
tindakan ini semua, ternyata terkandung makna yang sangat mendalam.
Sebagai
insan dirgantara yang berkecamuk dengan peralatan-peralatan berteknologi
tinggi. Seperti dengan“Burung
Besi yang bisa terbang”. Kegiatan ini sudah
merupakan program tetap yang tidak bisa ditawar-tawar.
Anak-anak di Gorda Binuang sedang melihat anggota Paskhas AU yang sedang bersiap-siap mendarat setelah loncat keluar dari C-130 Hercules untuk mendukung Cope West
Sebab Zero Accident merupakan target khusus
yang mendapat skala prioritas utama di kalangan insan Angkatan Udara. Teknologi
militer yang semakin canggih itu memiliki konsekuensi. Bahwa
faktor keselamatan terbang dan kerja menjadi tolok ukur. Bagi
kesiapan dan keberhasilan TNI Angkatan Udara dalam melaksanakan tugasnya.
36th Airlift Squadron Commander Lt Col Dave Kincaid melihat keluar jendela saat tampilan beberapa manuver diatas area penerjunan Gorda untuk mendukung Cope West yg adalah latihan bersama US
Oleh sebab itu, untuk
kesekian kalinya Pimpinan TNI AU senantiasa menginstruksikan. Kepada
seluruh personel jajaran TNI Angkatan Udara. Untuk
menempatkan keselamatan terbang dan kerja pada prioritas utama. Dalam
setiap pelaksanaan tugas. Sehingga “Zero
Accident” benar-benar dapat diwujudkan.Kembali
ke awal, apa yang sebenarnya mendorongku untuk menulis tentang secuil
pengalaman ini? Jauh di kedalaman hatiku ada sesuatu yang menggelitik hati. Dan yang
ingin kutuangkan dalam bentuk tulisan. Walau mungkin sebagai pengamat diluar
lapangan, semuanya kutuliskan apa adanya dan masih sederhana.
Cope West 2012
Hal
menarik lainnya yang kutemui selama interaksi ini berlangsung adalah sikap
kepastian. Tidak pernah mengandai-andai. Tetapi
memastikan dengan sungguh-sungguh apa yang menjadi tugas dan tanggungjawabnya. Hal ini tercermin
saat salah satu USAF Airmanmemeriksa
dengan cermat dan mendetil. Setiap jengkal badan
pesawat C-130 Hercules yang
diawakinya.
Sekali lagi, ini
sudah ‘program tetap’ -- istilah di dunia Angkatan Udara. Sekali lagi ‘check and re-check’.
Master Sgt John Gaona jumpmaster dari 93rd Air Ground Operations Wing Lanud Moody Ga sedang memeriksa tali statik peterjun Indonesia pada tgl 26 Juni 2012 di Lanud Halim
Tindakan ini, Penulis
perhatikan, tidak pernah dilakukan secara asal-asalan ataupun sekilas pandang
saja. Bahkan, memperlengkapi dirinya dengan alat penerang seperti senter
ditangan.Luarbiasa khan? Siang
hari menggunakan senter? Namun, seperti inilah seharusnya yang patut dicontohi.
Sikap bertanggung-jawab sepenuhnya, penuh kehati-hatian dan
waspada. Nilai
plus lainnya yang tidak kalah pentingnya adalah konsentrasi penuh pada apa yang
dihadapannya. Tingkat keseriusan yang tinggi.
Seorang Jumpmaster dari Batalyon 461 Paskhas (sekarang Pasgat= Pasukan Gerak Cepat memeriksa parasut sebelum latihan terjun sebagai bagian dari latihan Cope West 2012 di Lanud Halim P tgl 26 Juni 2012 Cope West
Tidak pernah
mengganggap sesuatu hal itu sudah seperti itulah terjadi dengan sendirinya.
Tidak demikian. Tetapi, melihat kembali, mengevaluasi kembali dan mengujinya
dengan rapat tim. Membandingkan
berbagai argument atau pendapat
kemudian membuktikan kembali ketepatan perhitungan awal. Luar biasa. Sebab
itu, tidaklah asing lagi saat melihat para Airmen
mengadakan briefing singkat di
luar badan pesawat sebagai pemeriksaan terakhir sebelum melaksanakan
penerbangan.
Paskhas AU sedang memasuki C-130 USAF untuk misi latihan terjun statik pd tgl 29 Juni 2012 di Lanud Halim Ada kira kira 75 Airmen dari TNI AU yang berpartisipasi pada Cope West tahun ini
Satu
lagi yang menambah kekaguman yang tiada henti, saat memperhatikan Msgt John Ganoa. Seorang
Jumpmaster dari 18th Weather
Squadron Fort Bragg, US. Saatmemberikan
simulasi penerjunan kepada ke-22 anggota Pasukan Khas Angkatan Udara Batalyon
461 di dalam badan pesawat C-130 Hercules
USAF.
Indonesia Jumpmaster loncat keluar dari C-130 Hercules dari 36th Airlift Squadron Lanud Yokota Jepang saat diatas drop zone Gorda tgl 22 April 2010 Foto Sgt Cohen A Young
Walaupun,
pesawat yang digunakan sedang bertengger di atas daratan namun saat mempraktekkan
peristiwa penerjunan. Ia bertindak dan berlaku seakan-akan pesawat
sedang mengudara. Keseriusan ini patut
dijadikan nilai positif yang dapat diambil.Bukankah,
latihan praktek dilapangan bagi militer merupakan kunci keberhasilan? Jadi, pengulangan
yang bersungguh-sungguh merupakan tanda 90% keberhasilan pelaksanaan tugas?
Indonesia Jumpmaster loncat keluar dari C-130 Hercules dari 36th Airlift Squadron Lanud Yokota Jepang saat diatas drop zone Gorda tgl 22 April 2010 Foto Sgt Cohen A Young
Demikianlah
yang diperlihatkan seorang anggota militer USAF didalam melakukan latihan. Tidak
pernah menganggap sepele suatu tindakan pengulangan dalam suatu latihan. Semoga hal kecil
seperti ini tidak akan terlewatkan oleh orang kita. Lain halnya dengan Airman 1st
Class Brandon Jenkins, seorang ahli tali-temali
pengepakan barang. Berasal dari
374th Logistics Readiness Squadron’s
Combat Mobility Flight. Bekerja bersama-sama dengan Indonesian Airmen mengerjakan sebuah pengepakan barang yang rendah
biaya dan praktis untuk Low-Altitude. Kedua negara
bersama-sama,
langsung mempraktekkannya secara bahu-membahu membuat bundel LCLA. Yang merupakan tipe
terbaru palet yang pada umumnya digunakan oleh U.S Forces untuk pengangkutan udara menyuplai secara cepat dan
efisien.
Jika
dicermati dengan bijak oleh seluruh peserta latihan. Hal-hal
seperti inilah yang sebenar-benarnya memperkaya pengalaman dan pengetahuan. Bahkan wawasan berpikir
seorang prajurit, diharapkan makin professional. Didalam
mengemban tugas dan tanggungjawabnya sebagai pilar bangsa dan Negara. Seperti yang telah
tertuang pada sambutan pidato kedua pimpinan latihan.Latihan
seperti inilah yang menjadi urat nadi. Mengalirkan
kemampuan, kekuatan dan kesiapan untuk melaksanakan setiap tugas Negara. Terlebih-lebih bila
dihadapkan dengan teknologi militer yang semakin modern dan canggih.
Setelahnya,
selama lima hari kerja, Indonesian-American
Airmen telah bekerja bahu-membahu. Secara
bertahap, saling bertukar taktik, teknis, prosedur penerbangan udara. Memimpin
pertukaran para ahli yang benar-benar piawai dibidangnya masing-masing. Sehingga pada
akhirnya, akan mempertinggi kemampuan pertukaran informasi dari kedua Angkatan
Udara. Dan
meningkatkan kesiapan penanggulangan bencana alam kawasan regional. Namun diatas
kesemuanya ini, ilmu pengetahuan tanpa menyentuh sisi kemanusiaan,
apalah
artinya. Semuanya bisa menjadi sia-sia. Dengan kesempatan
latihan di area drop-zone Gorda, USAF
dan TNI Angkatan Udara memberikan sumbangan perlengkapan sekolah dan olahraga
kepada SDN
3 Warakas, Banten, Serang. Bantuan perlengkapan
sekolah dan olahraga ini diberikan langsung kepada seluruh anak-anak
sekolah. Oleh Mayor Nav Sudaryantodan
oleh Lt. Col Pete Kelley selaku Commander Detachment Yakota Air Base, Japan. Menurut Lt. Col Pete Kelley perlengkapan olahraga dan alat belajar ini, merupakan murni sumbangan
anak-anak keluarga besar Detachment
Yakota Air Base, Japan.
Lt Col Pete Kelley Komandan dari Cope West 11 Detasemen Lanud Yokota Jepang berbicara kepada murid murid SD Negeri 3 Warakas di Binguang Anggota Lanud Yokota memberikan lebih dari 1200 Dolar
Sepenggal cerita menarik
dan mengesankan. Bagi seorang pengamat dari pinggir lapangan. Bahwa untuk maju setiap
insan Angkatan Udara harus smart
untuk memanfaatkan kesempatan yang langka ini. Belajar dan berlatih, berlatih
dan berlatih***(Penulis sekarang
menjabat sebagai Kepala Sub Seksi Perpustakaan Dinas Penerangan TNI AU. Kantor 021-8709261., twitter: @SanraMichiko;
facebook Michiko Wangko Moningkey; blog http://michiko030176.blogspot.com.*Seluruh isi materi ini merupakan milik
intelektual pribadi. Meniru dan menggandakan hal-hal yang dicantumkan dalam
materi ini, diluar maupun tanpa seizin Penulis, merupakan pelanggaran hak
intelektual dan dapat diproses sesuai
hukum yang berlaku.