Tampilkan postingan dengan label Pelatih Militer. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Pelatih Militer. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 20 Desember 2025

Seleksi Petembak TNI AU 2017


Mayor Sus Michiko Moningkey saat mengikuti seleksi Petembak AU
untuk kejuaraan menembak Piala Panglima TNI tahun 2017
di Lanud Sulaiman Bandung




Mayor Sus Michiko Moningkey saat mengikuti seleksi Petembak AU
untuk kejuaraan menembak Piala Panglima TNI tahun 2017
di Lanud Sulaiman Bandung


Bersama atlet menembak Wara saat mengikuti seleksi Petembak AU
untuk kejuaraan menembak Piala Panglima TNI tahun 2017
di Lanud Sulaiman Bandung


Bersama atlet menembak Wara saat mengikuti seleksi Petembak AU
untuk kejuaraan menembak Piala Panglima TNI tahun 2017
di Lanud Sulaiman Bandung


Pose bersama atlet menembak Wara pada pagi hari
sebelum melaksanakan menembak dengan materi Jarak 50 meter tembak reaksi
di Lanud Sulaiman Bandung tahun 2017

Jumat, 20 Oktober 2017

Pelatih Militer

Pelatih Militer adalah seseorang yang memiliki keahlian khusus dalam mengajar teknik-teknik ilmu kemiliteran dilandasi oleh pengalaman maupun pendidikan di pelatihan instruktur militer.

Darimana datangnya beribu-ribu pasukan jika bukan dari hasil pembentukan tangan seorang Pelatih Militer. Kunci keberhasilan terbentuknya suatu pasukan yang gagah, disiplin dan tangguh adalah berasal dari pahatan tangan seorang Instruktur tempur. 
Pelatih di Akademi Angkatan Udara Yogyakarta
(Sumber Michiko Moningkey Foto Koleksi Pribadi)


Kekuatan militer akan berkembang dengan hebat sebab ada instruktur-instruktur tempur yang akan membentuk kader-kader. Hal inilah yang menjadi inti pembinaan ratusan batalyon-bataylon baru.    
 
Dari batalyon-batalyon baru inilah akan bangkit pula instruktur-instruktur  yang akan menggembleng ratusan ribu calon prajurit menjadi tamtama-tamtama dan bintara-bintara yang tangguh. 
 
Para instruktur ini akan melaksanakan satu-satunya teknik latihan yang akan menjamin bahwa para anak-buahnya ini akan tahan uji. Segera, sesudah butir-butir peluru panas beterbangan. 

Latihan-latihan pembentukan ini dilakukan secara realistis di tengah lingkungan dan suasana medan pertempuran yang sesungguhnya. 

Menggembleng dan melatih anak-buahnya di tengah cuaca ekstrim dan bahkan menguji batas kemampuan manusia sampai batas paling akhir. Bahkan melelahkan mereka dalam gerakan-gerakan latihan yang lama dan membutuhkan ketahanan tubuh yang tinggi. 

Tujuannya, tidak lain, adalah untuk menghasilkan orang-orang yang sehat badannya. Sangat terlatih di dalam jabatan militer ataupun teknis. Dan yang telah terbiasa akan disiplin serta dapat bekerja sama dalam satu kesatuan tim. 
 
Bahkan memiliki rasa kebanggaan yang sebesar-besarnya akan kewajibannya. Artinya, yang rohani maupun ketrampilannya telah siap untuk perang. 
Pelatih di Akademi Angkatan Udara Yogyakarta
(Sumber Michiko Moningkey Foto Koleksi Pribadi)


Singkat kata, cukuplah kesempatan telah diberikan bagi mereka, baik perwira maupun anak buahnya, untuk menunjukkan nilainya sebagai militer profesional. Untuk mengeluarkan hal-hal baik dan berkualitas dari dalam dirinya. Setelah melewati tekanan latihan yang keras dan berat. 

Sekarang Pembaca dapat mengerti betapa sangat pentingnya keberadaan seorang Pelatih atau Instruktur Militer dalam pengembangan kekuatan angkatan perang suatu negara. 

Sebenarnya instruktur militer tidaklah jauh berbeda dengan pengajar sipil. Apa yang membedakan? Jawabannya akan sangat menentukan perbedaan mendasar. 

Setiap orang yang ingin mengajar tentunya memiliki alasan mengapa ia ingin mengajar? Apakah karena merasa ada dorongan yang besar untuk menolong orang lain. 

Atau menganggap bahwa ia memiliki pengetahuan khusus atau memiliki keahlian khusus yang dibutuhkan di lingkungan angkatan bersenjata. 

Bagi tenaga pengajar sipil, alasan pertama sepertinya lebih mengena tentang alasan mengapa ia tertarik di dunia mengajar. Namun apabila anda adalah instruktur militer sepertinya keputusan ini sudah sejak awal mungkin dibuatkan oleh pengambil keputusan di level atas. 
Pelatih di Akademi Angkatan Udara Yogyakarta
(Sumber Michiko Moningkey Foto Koleksi Pribadi)


Bagaimanapun setiap pengajar menginginkan untuk melakukan pekerjaan yang mulia, walaupun anda tidak tahu harus memulai darimana. Awalnya ada rasa grogi, takut, gelisah dan sedikit kuatir tentang hasil akhir. 
 
Namun tidaklah demikian, sesungguhnya setiap hari di dalam kehidupan. Setiap kita tanpa disadari melewati tahap-tahapan pengajaran. Contohnya, jika seorang teman menanyakan sesuatu, anda akan menjawabnya. 
 
Jika memiliki penjelasan lengkap, anda akan mengatakan kepadanya. Jika dia tidak juga mengerti maka anda akan berusaha memberikan gambaran. Dan tetap mencoba dengan berbagai cara sehingga dia mengerti. Gampang bukan? 
Pelatih di Akademi Angkatan Udara Yogyakarta
(Sumber Michiko Moningkey Foto Koleksi Pribadi)


Sungguh, mengajar adalah suatu seni dan membutuhkan beberapa talenta, tetapi hal ini juga adalah suatu profesi dan dapat dipelajari. Beberapa dari kita kadang ragu apakah kita ini adalah seorang guru yang baik. 
 
Kita telah berupaya keras untuk menyampaikan ide-ide. Tetapi di lain pihak, banyak dari kita tidak memiliki karunia mengajar. Kita harus mempelajari metode yang diterapkan untuk menjadi seorang guru yang baik sehingga kita dapat menyelesaikan misi kita. 
 
Sebagian besar bagi kita, mengajar adalah sebuah profesi tetapi tidak jarang juga, mengajar adalah suatu seni bagi orang bertalenta guru. 

Bentuk pengajaran di militer tidak jauh berbeda ‘aura’ nya dengan pengajaran di sipil, kecuali satu motif mendasar dibalik kehadiran seorang Instruktur Militer. Hal inilah yang merupakan alasan penting mengapa pengajaran di militer sedikit berbeda. 

Dewasa ini, bagi organisasi pendidikan sipil adalah penting untuk menyediakan tenaga pengajar. Demikian pula bagi militer, bahkan berlipat-kali ganda pentingnya untuk menyediakan instruktur militer. 
Pelatih di Akademi Angkatan Udara Yogyakarta
(Sumber Michiko Moningkey Foto Koleksi Pribadi)

 
Sebab di atas pundak mereka-lah terletak seluruh tanggungjawab tugas menjaga kedaulatan suatu negara.
Kecuali jika tidak ada lagi instruktur militer yang berkeinginan untuk menerima tanggungjawab bagi misi ini, dan tidak ingin melaksanakan tugas ini dengan penuh kesadaran sikap. 

Maka kita tidak dapat berharap dapat membangun dan mempertahankan sikap hormat dan disiplin yang sehat dari seluruh angkatan perang, baik di dalam negeri maupun di luar negeri. 

Seorang instruktur militer sangatlah penting dalam pembangunan kekuatan armada perang suatu negara. Untuk itulah seorang instruktur perang dituntut untuk selalu memperbaharui diri dan teknik mengajarnya. 

Awalnya mungkin ada sedikit keraguan dalam menjalankan tugas pelatihan. Tetapi seperti biasanya, seorang Instruktur atau pelatih militer telah memiliki pengetahuan teknik yang penting dan memiliki kemampuan untuk memulai karir mengajarnya. 
 
Bagaimanapun, kadangkala apa yang diharapkan saat ini mungkin tidak sama dengan apa yang ada di masa depan.
Seorang pelatih militer kadangkala tidak dapat beristirahat dengan tenang. Mengajar dan melatih adalah salah satu pekerjaan profesi yang sangat mudah untuk masuk ke dalam jebakan rutinitas. 

Mereka di tuntut untuk dapat mengambil inisiatif dalam menguji dirinya sendiri dan pengajarannya secara berkala. Senantiasa terus-menerus mengembangkan program yang telah dibuat dengan segala daya upaya. Agar dapat menjelajahi semua pengetahuan tentang materi yang diberikan. 

Merencanakan secara seksama setiap pelajaran. Memeriksa semua hal-hal yang kecil yang saling berkaitan dengan materi instruksi, peralatan, pasukan demonstrasi dan pelengkap. Sehingga semuanya itu dapat diinformasikan sepenuhnya secara gamblang. Dan dapat siap pada tempat dan waktu yang tepat. 

Setiap hari berlatih dengan seksama. Selalu mempresentasikan pelajarannya dengan sederhana dan mudah dimengerti, jelas, ringkas, masuk akal, dan dengan sikap prilaku yang menarik. 
 
Mengajarkan ilmu atau ajaran yang terbaru. Up to date. Menggunakan ilustrasi pertempuran dan pintar memasukkan kejadian nyata ke dalam materi pelajaran. 


Cerdas menggunakan alat bantu pelatihan terbaik. Sanggup membangkitkan atau mendorong siswa berpartisipasi dalam diskusi pelajaran. 

 
Senantiasa menampilkan antusiasme dan membangkitkan rasa ingin tahu dalam setiap pelatihan. Dan terakhir, seorang pelatih militer, dapat menganalisa setiap penampilan dan dapat memperbaiki segala kesalahan, sehingga setiap kinerja yang diraih akan menjadi perbaikan bagi kinerja selanjutnya. 

Tanggungjawab seorang Pelatih atau Instruktur adalah menjadi sumber inspirasi bagi calon pelatih lainnya agar dapat menjadi intruktur yang lebih baik. 

Dapat mengalihkan nilai-nilai prinsip dari diri sendiri kepada orang lain. Selalu optimis dan penuh antusias dalam menyemangati lainnya. Tetap mempertahankan tekad walaupun hal itu membutuhkan waktu yang panjang yang menguras keringat dan  pengorbanan. 

Selain itu, Pelatih Tempur memiliki pendekatan yang demokratis dan kooperatif. Selalu memulai kritik dengan diskusi dari gambaran yang baik. 
Pelatih di Akademi Angkatan Udara Yogyakarta
(Sumber Michiko Moningkey Foto Koleksi Pribadi)


Gambaran secara garis besar bagi yang lainnya merupakan langkah-langkah yang dibutuhkan saat mengatasi kesulitan. Seorang pelatih memberikan penegasan yang jelas untuk menghilangkan segala keragu-raguan. 

Dia selalu mengingat bahwa satu alasan mengapa dia berdiri dihadapan anak-buahnya adalah untuk melatih dan mengajar. Pelatih ada karena memang dia memiliki sesuatu untuk disampaikan bukan karena dia harus menyampaikan sesuatu. 

Bahasa tubuhnya, gerak badannya, suaranya, perkataannya, bantuannya, dan metode dalam presentasinya, dalam setiap keadaan dan situasi akan menjadi contoh yang hidup bagi orang lain. 

Seperti ada pepatah English yang mengatakan: “He who can, does. He who cannot, teaches”. Seseorang dengan kemampuan yang nyata akan tampil apa adanya dirinya, lebih dari apa yang dia ajarkan dan lebih dari apa yang dilakukan oleh orang lain. 

Sekilas tentang kisah Pelatih Militer sekiranya membuka alam berpikir kita untuk menempatkan posisi Pelatih Militer di tempat yang strategis dan layak dalam rencana pengembangan kekuatan tempur negara. 
Sebab tak diragukan lagi pada merekalah tergantung tanggungjawab pengabdian menjaga kedaulatan dan kehormatan suatu negara.***

{Penulis: Mayor (Sus) Michiko Moningkey, sekarang menjabat sebagai Kepala Perpustakaan Akademi Angkatan Udara. Seluruh isi materi ini merupakan milik intelektual pribadi. Meniru dan menggandakan hal-hal yang dicantumkan dalam materi ini, diluar maupun tanpa seizin Penulis, merupakan pelanggaran hak intelektual dan dapat diproses  sesuai hukum yang berlaku}. 

Selasa, 10 Juni 2014

Cope West 2012 Latihan Bersama USAF dan TNI AU




Seminggu berlalu, sejak latihan bersama antara TNI Angkatan Udara dengan United State Air Force (USAF). Tepatnya dengan Wing I Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma.
Latihan ini resmi dibuka oleh Wakil Kepala Staf AU Marsdya TNI Dede Rusamsi (menjabat saat kegiatan ini berlangsung). Dengan didampingi oleh Lt. Gen Stanley T. Kresge. Selaku Commander 13th Air Force USAF “Hickem Air Force Base” Hawaii.

Latihan Bersama TNI AU-USAF 'Cope West 2012'

Namun kesan mendalam telah membekas dihati seorang pengamat sepertiku. Pengamat dari di pinggir lapangan. Sebab ada banyak hal-hal yang sangat berharga, yang telah ditemui dari perpaduan kerjasama ke dua Angkatan Udara ini.

Mungkin ini hanyalah kesan awal yang begitu mempesona. Di mata seorang yang melihat dari kejauhan. Namun pula, sangat berarti dan menarik untuk disimak. Sebenarnya, apa yang menarik bagiku, sudah bukan merupakan suatu hal yang baru lagi di dunia kedirgantaraan, apalagi di dunia militer.

Disiplin, inilah kata kunci yang ingin saya ceritakan. Sejak roda ban pesawat Hercules C-130 milik 374 Air Lift Wing, Yokota Air Base Japan, mendarat di landasan pacu Lanud Halim.

Maintenance Airmen dari the 374th Airlift Wing Yokota AB Japan
memastikan propeler sedang bekerja dengan baik
Decak kagum terdengar dari antara personel TNI AU. Yang saat itu bertugas untuk menjemput anggota USAF yang akan terlibat di dalam Joint Exercise Cope West  tahun 2012 kali ini.
Dari bunyi yang dihasilkan oleh badan pesawat yang tergolong jumbo ini, dapat diketahui kondisi prima mesin pesawat buatan pabrik Lockheed Amerika ini.
Bunyi mesin pesawat yang tidak asing lagi di telinga warga Lanud Halim. Di kejauhan nampak semburat jingga cahaya mentari pagi dengan udara segar yang menerpa wajah.
Anggota militer 374 Air Lift Wing, Yokota Air Base Japan, kemudian menjejakkan kakinya di Jakarta, Indonesia.
Setelahnya, C-130 Hercules berbendera USA ini bertengger dengan gagahnya di landasan Terminal Selatan Lanud Halim. Seluruh personilnya dengan penuh kesadaran membentuk barisan memanjang sepanjang taxy-way.
Untuk memunguti benda-benda sekecil apapun yang ditemuinya; yang berpeluang menjadi sumber kecelakaan bagi penerbangan.
Mungkin bagi orang awam, tindakan ini kelihatannya sangat sepele dan aneh. Namun bagi orang penerbangan hal ini merupakan tindakan penting dan bijak. Di dalam menghindari terjadinya kecelakaan terbang dan kerja.
Hal ini mengingatkanku pada pengalaman sepuluh tahun yang lalu. Saat berdinas di Pangkalan Udara tipe C seperti Lanud El-Tari Kupang Nusa Tenggara Timur.
Kegiatan ini merupakan kegiatan rutin yang juga dilaksanakan di Lanud yang terkenal dengan kain tenunannya ini. Awalnya sangat mengejutkanku.
Namun, dibalik tindakan ini semua, ternyata terkandung makna yang sangat mendalam.
Sebagai insan dirgantara yang berkecamuk dengan peralatan-peralatan berteknologi tinggi. Seperti dengan “Burung Besi yang bisa terbang”. Kegiatan ini sudah merupakan program tetap yang tidak bisa ditawar-tawar.
Anak-anak di Gorda Binuang sedang melihat anggota Paskhas AU
yang sedang bersiap-siap mendarat setelah
loncat keluar dari C-130 Hercules untuk mendukung Cope West

Sebab Zero Accident merupakan target khusus yang mendapat skala prioritas utama di kalangan insan Angkatan Udara. 
Teknologi militer yang semakin canggih itu memiliki konsekuensi. Bahwa faktor keselamatan terbang dan kerja menjadi tolok ukur. Bagi kesiapan dan keberhasilan TNI Angkatan Udara dalam melaksanakan tugasnya.
36th Airlift Squadron Commander Lt  Col Dave Kincaid
melihat keluar jendela saat tampilan beberapa manuver
diatas area penerjunan Gorda untuk mendukung
Cope West yg adalah latihan bersama US

Oleh sebab itu, untuk kesekian kalinya Pimpinan TNI AU senantiasa menginstruksikan
. Kepada seluruh personel jajaran TNI Angkatan UdaraUntuk menempatkan keselamatan terbang dan kerja pada prioritas utama. Dalam setiap pelaksanaan tugas. Sehingga “Zero Accident” benar-benar dapat diwujudkan.Kembali ke awal, apa yang sebenarnya mendorongku untuk menulis tentang secuil pengalaman ini? Jauh di kedalaman hatiku ada sesuatu yang menggelitik hati. Dan yang ingin kutuangkan dalam bentuk tulisan. Walau mungkin sebagai pengamat diluar lapangan, semuanya kutuliskan apa adanya dan masih sederhana.

Cope West 2012

Hal menarik lainnya yang kutemui selama interaksi ini berlangsung adalah sikap kepastian. Tidak pernah mengandai-andai. Tetapi memastikan dengan sungguh-sungguh apa yang menjadi tugas dan tanggungjawabnya. Hal ini tercermin saat salah satu USAF Airman memeriksa dengan cermat dan mendetil. Setiap jengkal badan pesawat C-130 Hercules yang diawakinya.
Sekali lagi, ini sudah ‘program tetap’ -- istilah di dunia Angkatan Udara. Sekali lagi ‘check and re-check’.

Master Sgt John Gaona  jumpmaster
dari 93rd Air Ground Operations Wing Lanud Moody Ga
sedang memeriksa tali statik peterjun Indonesia
pada tgl 26 Juni 2012 di Lanud Halim
Tindakan ini, Penulis perhatikan, tidak pernah dilakukan secara asal-asalan ataupun sekilas pandang saja. Bahkan, memperlengkapi dirinya dengan alat penerang seperti senter ditangan. Luarbiasa khan? Siang hari menggunakan senter? Namun, seperti inilah seharusnya yang patut dicontohi. Sikap bertanggung-jawab sepenuhnya, penuh kehati-hatian dan waspada. Nilai plus lainnya yang tidak kalah pentingnya adalah konsentrasi penuh pada apa yang dihadapannya. Tingkat keseriusan yang tinggi.

Seorang Jumpmaster dari Batalyon 461 Paskhas (sekarang Pasgat= Pasukan Gerak Cepat
memeriksa parasut sebelum latihan terjun
sebagai bagian dari latihan Cope West 2012
di Lanud Halim P tgl 26 Juni 2012  Cope West

Tidak pernah mengganggap sesuatu hal itu sudah seperti itulah terjadi dengan sendirinya. Tidak demikian. Tetapi, melihat kembali, mengevaluasi kembali dan mengujinya dengan rapat tim
Membandingkan berbagai argument atau pendapat kemudian membuktikan kembali ketepatan perhitungan awal. Luar biasa. Sebab itu, tidaklah asing lagi saat melihat para Airmen mengadakan briefing singkat di luar badan pesawat sebagai pemeriksaan terakhir sebelum melaksanakan penerbangan.

Paskhas AU sedang memasuki C-130 USAF
untuk misi latihan terjun statik pd tgl 29 Juni 2012
di Lanud Halim  Ada kira kira 75 Airmen dari TNI AU
yang berpartisipasi pada Cope West tahun ini

Satu lagi yang menambah kekaguman yang tiada henti, saat memperhatikan Msgt John Ganoa. Seorang Jumpmaster dari 18th Weather Squadron Fort Bragg, USSaat memberikan simulasi penerjunan kepada ke-22 anggota Pasukan Khas Angkatan Udara Batalyon 461 di dalam badan pesawat C-130 Hercules USAF.
Indonesia Jumpmaster loncat keluar dari C-130 Hercules
dari 36th Airlift Squadron Lanud Yokota Jepang
saat diatas drop zone Gorda tgl 22 April 2010  
Foto Sgt Cohen A Young

Walaupun, pesawat yang digunakan sedang bertengger di atas daratan namun saat mempraktekkan peristiwa penerjunan. Ia bertindak dan berlaku seakan-akan pesawat sedang mengudara. Keseriusan ini patut dijadikan nilai positif yang dapat diambil. Bukankah, latihan praktek dilapangan bagi militer merupakan kunci keberhasilan? Jadi, pengulangan yang bersungguh-sungguh merupakan tanda 90% keberhasilan pelaksanaan tugas?

Indonesia Jumpmaster loncat keluar dari C-130 Hercules
dari 36th Airlift Squadron Lanud Yokota Jepang
saat diatas drop zone Gorda tgl 22 April 2010  
Foto Sgt Cohen A Young

Demikianlah yang diperlihatkan seorang anggota militer USAF didalam melakukan latihan. Tidak pernah menganggap sepele suatu tindakan pengulangan dalam suatu latihan. Semoga hal kecil seperti ini tidak akan terlewatkan oleh orang kita. Lain halnya dengan Airman 1st Class Brandon Jenkins, seorang ahli tali-temali pengepakan barangBerasal dari 374th Logistics Readiness Squadron’s Combat Mobility Flight. Bekerja bersama-sama dengan Indonesian Airmen mengerjakan sebuah pengepakan barang yang rendah biaya dan praktis untuk Low-AltitudeKedua negara bersama-sama, langsung mempraktekkannya secara bahu-membahu membuat bundel LCLA. Yang merupakan tipe terbaru palet yang pada umumnya digunakan oleh U.S Forces untuk pengangkutan udara menyuplai secara cepat dan efisien.

Senior Airmen Nicholas Gilvin ahli tali-temali dari
The 37th Logistics readiness Squadron Combat Mobility Flight
di Lanud Yokota Jepang  
bekerja bersama Indonesian Loadmaster

Jika dicermati dengan bijak oleh seluruh peserta latihan. Hal-hal seperti inilah yang sebenar-benarnya memperkaya pengalaman dan pengetahuan. Bahkan wawasan berpikir seorang prajurit, diharapkan makin professional. Didalam mengemban tugas dan tanggungjawabnya sebagai pilar bangsa dan Negara. Seperti yang telah tertuang pada sambutan pidato kedua pimpinan latihan. Latihan seperti inilah yang menjadi urat nadi. Mengalirkan kemampuan, kekuatan dan kesiapan untuk melaksanakan setiap tugas Negara. Terlebih-lebih bila dihadapkan dengan teknologi militer yang semakin modern dan canggih.

Sebuah paket Container Delivery System
sedang dilepaskan keluar dari C-130 Hercules

Setelahnya, selama lima hari kerja, Indonesian-American Airmen telah bekerja bahu-membahu. Secara bertahap, saling bertukar taktik, teknis, prosedur penerbangan udaraMemimpin pertukaran para ahli yang benar-benar piawai dibidangnya masing-masing. Sehingga pada akhirnya, akan mempertinggi kemampuan pertukaran informasi dari kedua Angkatan UdaraDan meningkatkan kesiapan penanggulangan bencana alam kawasan regional. Namun diatas kesemuanya ini, ilmu pengetahuan tanpa menyentuh sisi kemanusiaan, apalah artinya. Semuanya bisa menjadi sia-sia. Dengan kesempatan latihan di area drop-zone Gorda, USAF dan TNI Angkatan Udara memberikan sumbangan perlengkapan sekolah dan olahraga kepada SDN 3 Warakas, Banten, Serang. Bantuan perlengkapan sekolah dan olahraga ini diberikan langsung kepada seluruh anak-anak sekolah. Oleh Mayor Nav Sudaryanto dan oleh Lt. Col Pete Kelley selaku Commander Detachment Yakota Air Base, JapanMenurut Lt. Col Pete Kelley perlengkapan olahraga dan alat belajar ini, merupakan murni sumbangan anak-anak keluarga besar Detachment Yakota Air Base, Japan.

Lt Col Pete Kelley Komandan dari Cope West 11 Detasemen Lanud Yokota Jepang
berbicara kepada murid murid SD Negeri 3 Warakas
di Binguang  Anggota Lanud Yokota memberikan lebih dari 1200 Dolar

Sepenggal cerita menarik dan mengesankan. Bagi seorang pengamat dari pinggir lapangan. Bahwa untuk maju setiap insan Angkatan Udara harus smart untuk memanfaatkan kesempatan yang langka ini. Belajar dan berlatih, berlatih dan berlatih***(Penulis sekarang menjabat sebagai Kepala Sub Seksi Perpustakaan Dinas Penerangan TNI AU. Kantor 021-8709261., twitter: @SanraMichiko; facebook Michiko Wangko Moningkey; blog http://michiko030176.blogspot.com. *Seluruh isi materi ini merupakan milik intelektual pribadi. Meniru dan menggandakan hal-hal yang dicantumkan dalam materi ini, diluar maupun tanpa seizin Penulis, merupakan pelanggaran hak intelektual dan dapat diproses  sesuai hukum yang berlaku.