![]() | |
| Menyeberangi sungai dengan tali tiga, saat pendidikan militer di Pusdikkowad Lembang Bandung |
Padahal sesungguhnya,
mendaftar tentara tidaklah sesulit seperti yang dibayangkan banyak orang.
Kadangkala memang, rumor beredar. Sehingga menyurutkan langkah beberapa orang
untuk maju berkarir di Tentara Nasional Indonesia.
Seperti pertanyaan ini, yang
disampaikan dalam blog oleh seorang
calon dokter, yang bercita-cita untuk menjadi seorang dokter di lingkungan TNI.
“Apa yang harus saya lakukan? Karena informasi untuk masuk menjadi TNI dengan
latar-belakang mahasiswa kedokteran sangatlah minim.”
“Apalagi saya banyak
mendengarkan desas-desus bahwa kalau ingin menjadi perwira TNI itu, haruslah
mempunyai kerabat orang besar di TNI itu sendiri”. Demikianlah pertanyaan-pertanyaaan
yang pada umumnya terdengar.
Memang perlu diakui, tanpa
pengetahuan yang cukup, seringkali banyak orang disesatkan oleh
informasi-informasi yang salah dan menyimpang. Sebab itu, perlu diwaspadai, kemungkinan
terjebak pungutan liar.
Padahal, seperti yang
senantiasa didengung-dengungkan. Bahwa pendaftaran prajurit dan selama
pendidikan tidak dipungut biaya apapun.
Kali ini penulis ingin
berbagi pengalaman, bagaimana masuk mendaftar menjadi anggota TNI. Melalui
program seleksi penerimaan perwira prajurit karir. Walaupun, setiap orang
pastilah memiliki pengalaman yang berbeda-beda dan tidak dapat disamaratakan.
Orangtua yang merupakan pensiunan
TNI AD, menjadi inspirasi untuk berkarir di dunia militer. Pada awalnya,
informasi tentang penerimaan untuk menjadi anggota TNI, tidak satupun yang
sempat diketahui.
Sebab berdomisili di kabupaten
Minahasa yang berjarak satu jam perjalanan darat dari kota Manado.
Hingga suatu saat, perkenalan
dengan seorang mahasiswa jurusan olahraga di IKIP Manado (sekarang dikonversi
menjadi Universitas Negeri Manado), telah membuka wawasan tentang akses masuk
militer.
Sebab dengan menemani Franky
Sigar ke Ajenrem 131/ Santiago Manado telah memberikanku karunia pengetahuan.
Tentang adanya penerimaan tentara dari lulusan perguruan tinggi. Bersyukur,
pernah mengenalnya.
Pamflet pada papan
pengumuman di Ajenrem telah memberitahukan adanya peluang, untuk mendaftar TNI
melalui jalur lulusan profesi sarjana.
Persyaratan calon yang
tertera memiliki ketentuan-ketentuan, sebagai berikut. Haruslah Warga Negara
Indonesia. Pria ataupun wanita, tetapi bukan
prajurit TNI dan bukan anggota Polri atau bukan PNS.
Seorang yang bertaqwa kepada
Tuhan Yang maha Esa. Setia kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Berkelakuan baik serta tidak
kehilangan hak menjadi prajurit TNI yang dinyatakan dengan surat keterangan
dari Polres setempat. Artinya tidak pernah terlibat tindakan kriminal apapun.
Berstatus belum menikah dan
sanggup tidak nikah selama pendidikan pertama. Kecuali untuk dokter umum purna
pegawai tidak tetap.
Berbadan sehat jasmani
maupun rohani. Tinggi badan tidak kurang dari 163 cm untuk pria dan 157 cm
untuk wanita. Dengan berat badan seimbang menurut ketentuan yang berlaku.
Melaksanakan Ikatan Dinas
Pertama (IDP) selama 10 tahun dihitung sejak dilantik menjadi Perwira TNI.
Mendapatkan persetujuan dari
Instansi yang bersangkutan (lolos butuh) bagi mereka yang sudah bekerja. Dan
pernyataan pemberhentian dengan hormat bila lulus dan terpilih masuk Pendidikan
Pertama (Dikma) TNI.
Saat itu tahun 1998, penulis
sedang bekerja magang di UPT (Unit Pelaksana teknis) Perpustakaan Universitas
Sam Ratulangi Manado. Setelah menyelesaikan pendidikan Diploma II Ilmu
Perpustakaan. Bekerja sambil kuliah.
Sesungguhnya setelah lulus
SMA, ada tawaran untuk mendapatkan beasiswa ‘Tumou Tou’ dari universitas,
tetapi tidak diambil. Sebab jurusan perpustakaan yang diinginkan, tidak termasuk
dalam daftar penerimaan beasiswa.
Kemudian, bermodalkan nekat
untuk menjadi tentara, datang sendiri ke tempat pendaftaran. Dengan membawa dokumen
asli dan menyerahkan foto copi masing-masing satu lembar yang telah
dilegalisir.
Antara lain, ijazah dan
SKHU, SD, SMP, SMA dan Perguruan Tinggi. KTP calon dan KTP orang tua juga Kartu
Keluarga orang tua.
Akta Kelahiran atau Surat
Kenal Lahir. Dan Surat Keterangan Catatan Kepolisian (SKCK) dari Polres
setempat.
Surat rekomendasi dari Dekan
Fakultas dilampiri transkip nilai studi berikut Indeks Prestasi Kumulatif. Tidak
lupa juga, Pasfoto hitam putih 4×6 cm dua lembar.
Datang sendiri pada saat
pembukaan pendaftaran TNI di Ajenrem 131/ Santiago Manado.
Namun saat itu ditolak,
sebab tidak ada penerimaan untuk lulusan diploma II. Hal ini hanya
diperuntukkan bagi lulusan Diploma III dan Sarjana S1 dari berbagai perguruan
tinggi.
Seperti yang tertera pada
pengumuman, calon haruslah berijazah profesi atau sarjana atau diploma. Kecuali
sarjana kedokteran, farmasi dan psikologi harus sudah lulus profesi (bukan S1).
Usia pada saat pendidikan,
tidak lebih dari 32 tahun bagi yang berijazah S-1 atau S-2 Profesi Dokter,
Apoteker dan Psikologi, pada saat pendidikan pertama.
Tidak lebih dari 26 tahun bagi
yang berijazah D III. 30 tahun bagi yang berijazah S1. 32 tahun untuk
yang berijazah S1 profesi pada saat pembukaan pendidikan pertama.
Sedangkan persyaratan Indeks
Prestasi Kumulatif (IPK) terakhir, untuk jurusan/ program studi yang
berakreditasi “A” minimal 2.80, untuk Sarjana S1 (umum) maupun S1 profesi. Serta
2,70 untuk program Diploma (D3)
IPK bagi yang lulus Perguruan
Tinggi binaan Kemhan atau TNI/ Angkatan dengan jurusan atau program studi yang
berakreditasi “B” minimal 3.00.
Para calon yang berasal dari
perguruan tinggi swasta harus sudah lulus ujian negara, dengan melampirkan
tanda lulus atau ijazah yang diketahui oleh Kopertis.
Sebab memang pada kenyataannya,
perwira TNI bersumber dari lulusan Akademi Militer (Akmil), Perwira Prajurit
Karir (PA PK) serta Sekolah Pembentukan Perwira (Setukpa).
![]() | |
| Berjalan bersama Ayah saat selesai upacara pelantikan perwira 22 Juni 2002 di Akmil Magelang |
Hari itu bertepatan dengan
adanya penerimaan Bintara Prajurit Karir, sumber dari lulusan SMA. Sempat
tercetus keinginan untuk mendaftar Bintara.
Namun, petugas pendaftaran dengan
tegas menolak. Dan menasehati agar kembali setelah menyelesaikan sarjana. Untuk
kemudian mengikuti tes seleksi masuk Perwira PK.
Sempat merasa terpuruk setelah
ditolak, namun dapat tegar kembali. Setelah masuk kerja dan menjalani rutinitas
sehari-hari di perpustakaan kampus.
Situasi dan kondisi pekerjaan
yang penuh persaingan dan menunggu untuk pengangkatan pegawai negeri sipil,
seolah-olah bagai punguk merindukan bulan.
Namun dalam benak, tetap ada
keinginan untuk menjadi seorang militer. Serta bersedia ditempatkan dimana saja
diseluruh wilayah Republik Indonesia.
Pertimbangan inilah yang
mendorong niatku untuk melanjutkan pendidikan. Alih jenjang ke kota Daeng yakni Makassar Sulawesi Selatan.
Mengapa Sulsel menjadi
pilihan utama? Sebab, program bidang studi perpustakaan sangatlah langka.
Universitas yang terdekat dan yang menyelenggarakan pendidikan ilmu
perpustakaan, hanyalah Universitas Hasanuddin Makassar.
Saran dan bahan pemikiran
dari semua sanak keluarga menjadi pertimbangan. Sebagian besar kakak lelaki
tidak mengizinkan. Namun beruntung, Ibu berpihak dan mengizinkan untuk
berangkat ke kota Makassar.
![]() | |
| Angkat balok pada Latihan Dasar Menwa Angkatan 27 tahun 1999 di Depo Pendidikan Bela Negara Rindam Wrb Pakatto Sulsel |
![]() | |
| Menwa latihan menembak di Rindam VII Wirabuana |
Sehingga terjadi demonstrasi besar-besaran, yang dimotori oleh mahasiswa. Gerakan mahasiswa ini meluas ke seluruh Indonesia, termasuk Makassar. Walaupun demikian, berdua dengan Ibu, kami melintasi pulau Sulawesi menggunakan jasa angkutan bis antar propinsi. Dari terminal bis Malalayang propinsi Sulawesi Utara, kami menuju ke Sulawesi Selatan. Walaupun, tidak diketahui apa yang akan ditemui selama perjalanan. Namun berbekal tekad dan iman, pilihan perjalanan ini tetap ditempuh.
![]() | |
| Pose wisuda S1 Sarjana Perpustakaan Universitas Hasanuddin |
Hal ini dilakukan, sebab
sebelumnya telah berusaha untuk lewat jalur laut dengan kapal laut. Tetapi, setibanya
kami di pelabuhan Bitung, kapal telah mulai meninggalkan pelabuhan.
Dan nyanyian yang ditulis
oleh Larry Russel “Vaya con Dios”
terdengar sayup-sayup di kejauhan.
![]() |
| Belajar materi Bela Negara di kelas Latihan Dasar Menwa Angkatan XXVII tahun 1999 di Depo Pendidikan Bela Negara Rindam VII Pakatto Sulsel |
Cukup menggelikan namun
sungguh nyata. Beruntung kami tidak berlayar bersama kapal ini yang ternyata
sedang menuju Papua.
Kabar tentang kapal ini,
diterima setibanya kami di Makassar. Padahal, seingatku, saat itu, sempat ada
tangis membuyar sebab ketinggalan kapal.
Sehingga kembali orangtua
bertanya untuk memastikan keinginanku. Apakah akan bersungguh-sungguh untuk
kuliah?
Dan jawabanku adalah iya. Bertekad
sungguh untuk melanjutkan pendidikan ke Unhas Makassar, yang walaupun jauh di
propinsi Sulsel. Sehingga diputuskan untuk menempuh jalan darat atau trans
Sulawesi.
Seperti yang telah
diceritakan, masa tahun 1998 sampai 1999 terjadi demonstrasi dimana-mana.
Namun, hal ini tidak menyurutkan semangat untuk berangkat ke kota Makassar.
![]() | |
| Persiapan long-march dimulai dari desa Kappang, tiba di puncak gunung pada Stasiun Transmisi Gelombang Mikro Digital Makaroewa |
Perjalanan darat menelusuri
jalan antar propinsi di pulau Sulawesi, memiliki cerita tersendiri. Sulawesi
merupakan pulau terbesar ke-11 di dunia, dengan luas wilayah sebesar 174.600
km2.
Pemandangan indah terpampang
di kanan-kiri bis, namun di beberapa wilayah ada jurang dan ngarai yang
menganga disisi kanan ataupun kiri jalan.
![]() | |
| Persiapan long-march dimulai dari desa Kappang, tiba di puncak gunung pada Stasiun Transmisi Gelombang Mikro Digital Makaroewa |
Sebab, sebagian besar
daratan di provinsi ini bergunung-gunung, 42.80% berada di atas ketinggian 500
meter dari permukaan laut.
Area ini dilewati saat malam
hari sehingga tidak ada satu pun penumpang yang menyadari tingkat bahaya
perjalanan.
Selain itu, saat melalui
propinsi Sulawesi Tengah, tepatnya di daerah Poso. Ada berita yang beredar,
bahwa penumpang Non-Muslim akan di-sweeping
KTP.
![]() | |
| Di hutan Maros Sulawesi Selatan |
Semenjak Indonesia dilanda
krisis moneter, pada saat itu Indonesia sangat rentan dengan perpecahan. Terjadi
berbagai konflik di daerah, salah satunya konflik yang terjadi di Poso.
Konflik ini disinyalir oleh
berbagai kalangan adalah konflik bernuansa SARA. Peristiwa pertama terjadi
akhir 1998, namun kerusuhan ini dengan cepat dapat diatasi oleh pihak keamanan
setempat.
Akhirnya tibalah kami di
kota Makassar. Kota terbesar ke lima di Indonesia. Kali kedua menginjakkan kaki
di kota yang terletak di pesisir barat daya pulau Sulawesi ini, banyak hal yang
masih asing. Kesibukan usaha catering-nya, menambah pengetahuan-ku
tentang dunia wiraswasta. Pada setiap hari kerja, membantu kelancaran usaha Catering Kembar. Walaupun dulu semasa kecil, pernah
mengenyam pendidikan di TK Hang-Tuah Makassar. Beruntung, memiliki Kakak Sepupu
yang tinggal menetap di Makassar.
![]() | ||
| Perwakilan pembaretan di bukit kapur wilayah Pakatto Sungguminasa Sulsel | . |
Sebelum berangkat kuliah, ada
350 rantang makanan, lengkap dengan tempat cabe-nya, yang perlu dicuci setiap
sorenya. Sampai-sampai jari-jemari terasa berdenyut panas tak karuan, saat memegang pena di perkuliahan.
Selain itu, ada tugas tambahan
lainnya. Menjadi guru pengajar, serta kadang-kadang pula menjadi baby-sitter bagi keponakan, kedua anak
kembar. Saat pengasuh mereka izin ke kampung halaman.
![]() | |
| Di lapangan tembak UKM Perbakin Unhas |
Jika pemesanan catering datang, banyak kali tidak tidur
sepanjang malam. Dan bersama-sama saudara sepupu lainnya, ramai-ramai
menyelesaikan masakan.
Selain itu, jarak kampus
Bara-Baraya tidaklah begitu jauh dari rumah Tamalanrea. Ini menurut anggapanku,
yang memicu untuk menggunakan sepeda kayuh ke kampus.
Hal ini sangat menguntungkan
dari segi ekonomi dan simpatik serta kesehatan. Seorang Dosen Pengajar pernah melihatku
bersepeda, dibelakang angkutan umum yang ditumpanginya.
Pemandangan ini menjadikanku
cukup memperoleh simpati dari rekan mahasiswa maupun dosen pengajar. Dan hal
ini semakin memuluskan jalanku untuk menyelesaikan skripsi.
![]() | |
| Perwakilan WAN TNI pada saat penutupan pendidikan SEMAPA PK 2001-2002 di lapangan Sapta Marga Akademi Militer Magelang. |
Walaupun, situasi ekonomi
tidaklah menentu waktu itu, namun beruntung, kegiatan perkuliahan tidaklah
dihentikan oleh pihak rektorat kampus.
Sambil menyelam, minum air.
Sambil menjalani kegiatan perkuliahan setiap harinya, kegiatan ekstrakurikuler
pun kutekuni.
Sesuai dengan tujuan awal,
yakni ingin masuk TNI. Maka semua kegiatan ekstrakurikuler yang berkaitan
dengan militer, diikuti dengan serius.
Unit Kegiatan Mahasiswa
(UKM) Resimen Mahasiswa menjadi rumah keduaku. Tepatnya di Satuan Menwa 701
Wolter Monginsidi Unhas.
Sebelumnya menjalani Latihan
Dasar Menwa Angkatan XXVII tahun 1999 di Depo Pendidikan Bela Negara Rindam VII
Pakatto Sulsel.
Sempat pula mengikuti Kursus
Pelatih Nasional Menwa ke XIV di Universitas Brawijaya Malang. Satuan Menwa 803
menjadi tuan-rumah.
Demikian pula, lapangan tembak UKM Perbakin Unhas, menjadi arena latihan kering bagi ketrampilan menembak. Pernah sekali, bersama beberapa anggota Perbakin Unhas, menyusuri hutan Maros. Dalam giat orientasi medan berburu.
Dimulai dari desa Kappang,
Kecamatan Camba, Kabupaten Maros Sulsel. Tiba di puncak gunung pada Stasiun
Transmisi Gelombang Mikro Digital Makaroewa.
Demikianlah, semua kegiatan
ada tujuannya, yakni untuk mengenal seluk-beluk dunia militer serta
memperlengkapi diri dengan ketrampilan yang kelak nanti dibutuhkan.
Selain itu, menyebarkan
jaring pertemanan di lingkungan yang tidak jauh-jauh dari kegiatan militer. Sebab dengan berada dibawah pembinaan
Kodam VII Wirabuana, maka dimungkinkan adanya latihan menembak. Di Yonif Linud
700/ BS (sekarang Yonif 700/ Raider Kodam VII Wirabuana).
Dan, pada tahun 2000, meraih gelar juara II Menembak, Menwa Se-Sulawesi Selatan. Penerimaan hadiah berupa uang dan piagam. Dalam rangka Lomba Regu Tangkas Kodam VII Wirabuana Makassar.
![]() | |
Juara II Menembak, Menwa Se-Sulawesi Selatan. Penerimaan hadiah berupa uang dan piagam. Dalam rangka Lomba Regu Tangkas Kodam VII Wirabuana Makassar. Diserahkan Panglima Kodam VII WRB |
Diserahkan oleh pejabat waktu itu, Panglima Kodam VII/ WRB Mayjen TNI Agus Wirahadikusuma. Didampingi KASDAM Brigjen TNI Husni Thamrin.***(Bersambung ke artikel 2 (Penulis: Mayor (Sus) Michiko Moningkey, sekarang menjabat sebagai Kapustak AAU Yogyakarta). Seluruh isi materi ini merupakan milik intelektual pribadi. Meniru dan menggandakan hal-hal yang dicantumkan dalam materi ini, diluar maupun tanpa seizin Penulis, merupakan pelanggaran hak intelektual dan dapat diproses sesuai hukum yang berlaku.












