Tampilkan postingan dengan label kepemimpinan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label kepemimpinan. Tampilkan semua postingan

Kamis, 25 Juni 2015

Inspirasi Kepemimpinan (Karya Saduran)

Sebuah organisasi tanpa kemampuan daya saing dan kekuatan, tidak akan sukses meraih tujuan yang ingin diraihnya. Sebab itu TNI Angkatan Udara perlu untuk bangkit, berlatih dan mempertahankan segala SDM-nya yang telah memiliki semangat kerja dan kontribusi yang positif, berpengetahuan, dan trampil.



Dengan demikian, pastinya dapat berjalan dengan efektif untuk hasil positif mendatang dalam segala pelaksanaan tugas pertahanan negara. Untuk mendorong TNI AU mencapai keberhasilan pelaksanaan tugas di masa depan, dibutuhkan kepemimpinan yang memiliki kredibilitas dan yang secara langsung terlibat dalam proses dinamika organisasi.

a.            Kualitas-kualitas kepemimpinan

Disetiap tingkatan kepemimpinan di TNI AU, perlu memiliki semangat nilai-nilai yakni integritas, moralitas, keunggulan, semangat kebersamaan dan mandiri, menjadi figur teladan dalam kerja keseharian dan dalam kehidupan pribadi.
Disamping nilai-nilai tersebut, kepemimpinan TNI AU dalam segala tingkatan haruslah memiliki pendekatan kepemimpinan yang positif dan gaya kepemimpinan yang pas dengan TNI AU sebagai organisasi militer. Pendekatan ini diinspirasikan sebagai berikut:
Integritas. Integritas adalah kesatuan dari semua tindakan dan nilai-nilai yang diyakini. Integritas seorang pemimpin haruslah sama, baik didalam kehidupan pribadinya maupun diluar di masyarakat.
Sebab dengan integritasnya seorang pemimpin dapatlah dipercaya sebab dia tidak akan pernah menurunkan standar nilai-nilai yang diyakininya, walaupun hal itu mungkin sangat mudah untuk dilakukan.
Seorang pemimpin dengan integritasnya akan memperoleh kepercayaan oleh bawahannya dan hal ini sangat berguna dan efektif didalam memimpin mereka. Janji yang ditepati, kejujuran, tanggapan yang cepat, emosi yang terkendali dan tanpa bentakan dan kekasaran.
Semua ini merupakan tanda-tanda bagi seorang pemimpin yang berintegritas. Seorang pemimpin yang berada di pusat integritas akan mendapat tanggapan yang positif dari para bawahannya.
Dedikasi. Dedikasi berarti memberikan waktu maupun energi yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas yang ada. Seorang pemimpin yang menginspirasikan dedikasi melalui teladan nyata, mengerjakan apa saja yang dibutuhkan untuk melengkapi kemajuan visi kedepan akan lebih efektif.
Dengan memberikan contoh yang nyata, setiap pemimpin dapat menjadi contoh bagi bawahannya, bahwa tidak ada pekerjaan hanya ‘tujuh tigapuluh ke tiga tigapuluh’ dalam tim tetapi hanya ada kesempatan untuk meraih keberhasilan tugas-tugas.
Kreativitas berarti kemampuan untuk berpikir lebih dari biasanya, untuk keluar dari kotak yang tidak memiliki solusi. Kreativitas memberikan seorang pemimpin kemampuan untuk melihat sesuatu yang orang lain tidak dapat lihat dan akhirnya menuntun para bawahan kepada arah yang baru.
Kemurahan hati atau keluhuran budi yang berarti memberikan balas jasa sesuai dengan yang apa yang telah dikerjakan. Seorang pemimpin yang murah hati dapat memastikan bahwa imbalan untuk keberhasilan dapatlah dibagikan dengan mudah ke seluruh tingkatan organisasi.
Adanya kemurahan hati akan membantu personil memiliki rasa percaya diri dan dapat merekatkan tim lebih erat. Sehingga dapat menyemangati anggota tim dan mengurangi ketidakpuasan. Hal ini adalah ciri khas dari kepemimpinan yang efektif.
Keadilan. Berarti berurusan secara konsisten dan jujur. Seorang pemimpin haruslah memeriksa semua fakta dan mampu mendengarkan orang lain sebelum menjatuhkan hukuman. Pemimpin harus menghindari lompatan keputusan berdasarkan keterangan yang tidak lengkap. Saat seseorang merasa bahwa mereka diperlakukan dengan adil, mereka akan membalas pemimpinnya dengan kepatuhan dan dedikasi.
Ketegasan tidak sama dengan agresif. Sebaliknya, hal ini adalah kemampuan yang jelas untuk menyatakan apa yang diharapkan sehingga tidak akan ada kesalahpahaman.
Seorang pemimpin haruslah tegas dalam menentukan apa-apa saja yang diinginkan. Bersamaan dengan adanya ketegasan akan timbul rasa tanggungjawab atas pengertian yang jelas tentang apa yang diinginkan bawahan dari para pemimpinnya.
Banyak pemimpin sangat sulit menemukan ketegasan yang benar. Terlalu lembut atau terlalu tegas mungkin merupakan kelemahan yang pada umumnya mempengaruhi seorang pemimpin.
Keterbukaan adalah sikap yang gampang untuk mendengarkan ide-ide baru, sekalipun hal itu bertolak-belakang dengan pemikiran orang kebanyakan. Pemimpin yang baik dapat menangguhkan penilaian saat sedang mendengarkan ide orang lain.
Semudah menerima cara baru dari segala sesuatu yang dipikirkan orang lain. Keterbukaan akan membangun hubungan saling menghormati dan menumbuhkan kepercayaan antara pemimpin dan bawahan. Dan hal itu akan menjadikan tim kerja menghasilkan ide-ide baru yang lebih maju.
Humoris merupakan hal yang sangat diperlukan untuk meredakan ketegangan dan kebosanan, demikian juga baik untuk meredakan permusuhan. Pemimpin yang efektif harus tahu bagaimana menggunakan humor sehingga dapat memberikan energi yang positif bagi tim kerjanya.
Humor adalah sebentuk kekuatan yang memberikan kendali atas keseluruhan lingkungan kerja. Dan dengan menggunakan humor, dapat menumbuhkan persahabatan yang baik.
Rendah hati. Pemimpin dengan kerendahan hati mengetahui bahwa mereka tidaklah lebih baik ataupun tidaklah lebih buruk daripada anggota tim lainnya.
Seorang pemimpin yang rendah hati tidaklah menonjolkan diri melainkan lebih mengedepankan orang lain. Pemimpin yang rendah hati juga mengerti bahwa status mereka tidaklah membuat mereka menjadi sama seperti Tuhan.

b.            Gaya Kepemimpinan

Ada beberapa tipe gaya kepemimpinan pada umumnya, yang mudah diterapkan seperti:
Kepemimpinan otokrasi yakni gaya kepemimpinan dimana semua kuasa pengambilan keputusan berada ditangan pemimpin.
Kepemimpinan demokrasi yakni melibatkan tim dipandu oleh seorang pemimpin dimana semua individu terlibat dalam proses pengambilan keputusan untuk memilah apa yang diperlukan untuk dikerjakan dan bagaimana hal itu dapat dilakukan. Pemimpin kelompok memiliki kuasa untuk pengambilan keputusan bagi kelompoknya.
Kepemimpinan laissez-faire yakni gaya kepemimpinan non-authoritarian. Pemimpin ini hanya berusaha untuk memberikan sedikit panduan kemungkinan kepada bawahannya dan berusaha untuk mencapai kendali melalui cara-cara yang tidak terlalu jelas/ nampak. Mereka yakin bahwa orang-orang akan menjadi unggul apabila dibiarkan sendiri untuk merespon dengan penuh tanggungjawab menurut cara mereka sendiri.
Kepemimpinan situasional adalah seorang pemimpin yang menyesuaikan dengan bentuk kepemimpinan yang tergantung pada kedewasaan dari personil yang dipimpinnya. Kelompok yang belum matang dipimpin melalui model demokrasi.
Kepemimpinan transaksional yakni kepemimpinan yang kadang-kadang disebut sebagai kepemimpinan manajerial, fokus pada interaksi antara pemimpin dan bawahan. Pemimpin transaksional memanfaatkan ganjaran dan hukuman untuk memotivasi para bawahannya. Namun, hal ini juga memiliki keterbatasan, hal ini hanya dapat efektif dalam beberapa situasi tertentu.
Contohnya, gaya transaksional dapat bekerja dengan baik dalam kasus dimana masalahnya jelas dan sederhana. Salah satu masalah besar dengan gaya ini adalah tidak adanya dorongan bagi anggota kelompok untuk mencari solusi masalah atau berkontribusi dengan kreatif, dimana seharusnya anggota diperlukan.
Kepemimpinan transformasional. Kepemimpinan dimana seorang pemimpin mengidentifikasi perubahan yang dibutuhkan, menciptakan visi ke depan untuk memimpin ke arah perubahan melalui inspirasi dan memutuskan berubah didukung dengan penuh komitmen dari seluruh anggota kelompok.
           
Lepas dari variasi beberapa gaya kepemimpinan, kepemimpinan transaksional dan situsional lebih disukai daripada gaya kepemimpinan lainnya. Jiwa kepemimpinan tidak hanya berlaku diantara perwira tetapi penting disemua tingkatan organisasi, terlebih lagi diantara para bintara.
Pada saat ini para bintara sangatlah sulit dalam melatih kepemimpinan diantara mereka sendiri. Ini mungkin disebabkan oleh kurangnya kepercayaan yang diberikan oleh para perwira untuk pendelegasian tugas dan juga mungkin karena susunan pangkat yang fleksibel diantara para bintara.
Walaupun pimpinan organisasi telah menyampaikan pengarahan yang berhubungan dengan pemberdayaan manajemen peningkatan peran serta bintara, namun hal ini belum sepenuhnya diterima.
Sebab itu, seluruh perwira diwajibkan untuk menanggapi kepastian pemberdayaan bintara sehingga mendatangkan hasil guna yang baik. Hal ini merupakan cita-cita yang tinggi, sebab secara keseluruhan kepemimpinan itu melibatkan seluruh bintara, rekan kerja dan juga para petinggi atau pejabat.
Dalam gaya kepemimpinan ini, nyatanya seorang pemimpin dalam level apapun, akan dikelilingi oleh bawahan atau bintara, rekan kerja di level yang sama serta oleh atasannya.
Sebab itu seorang pemimpin akan melatih kepemimpinannya agar menuntun bawahannya melalui hubungan konvensional antara pemimpin dan pengikut. Akan mempengaruhi rekan kerja melalui teladan tingkah-lakunya.
Dan berdasarkan tanggapan yang diberikan oleh rekan kerjanya, akan mempengaruhi mereka untuk menjadi pemimpin yang baik. Sehingga dapat memberikan dampak positif terhadap atasan dalam mengambil keputusan yang baik dengan adanya saran masukan yang baik kepada pemimpin.
Hal ini telah membuktikan bahwa hal ini seharusnya dapat dilaksanakan di semua tingkatan organisasi. Untuk menjadi seorang pemimpin yang baik membutuhkan pengetahuan dan latihan.
Sebab itu TNI Angkatan Udara perlu memusatkan perhatian pada pembangunan SDM-nya secara terus-menerus dalam pelatihan kepemimpinan. Dan senantiasa mengembangkan gaya kepemimpinan TNI Angkatan Udara.

c.            Komunikasi yang Efektif

Kepemimpinan yang baik melibatkan komunikasi yang baik untuk mempengaruhi dan menginspirasi personil menuju tercapainya tujuan dan visi TNI AU. Sehingga hal ini sangatlah penting untuk kepemimpinan di semua tingkatan agar dapat berkomunikasi secara efektif.
Beberapa cara tentang bagaimana berkomunikasi yang baik adalah sebagai berikut:
Mendorong diadakannya sesi tanya–jawab sehingga memungkinkan aliran informasi. Sesi tanya jawab ini akan menghasilkan hal yang baik, sebab hal ini akan nampak melalui isyarat non-verbal. Pada saat tanya-jawab, dapat digunakan kata-kata tanya yakni apa, mengapa, kapan, dimana dan bagaimana untuk mendorong keaktifan tanya-jawab.
Mendengar secara efektif melalui persiapan sesi, mendengarkan ide-ide, tetap penuh keterbukaan pikiran dan meletakkan diri sendiri pada posisi sebagai pembicara.
 Menggunakan kebijakan pelayanan terbuka agar lebih mudah dijangkau
Menjadwalkan ‘Jam Komandan’ atau sesi pembinaan.
Menggunakan Sistem Manajemen Unit (SMU) secara efektif. Rapat staf dan tatap-muka dengan personil yang bersangkutan beserta pasangannya apabila perlu. Meletakkan skala prioritas pada laporan kinerja. Jangan menyamaratakan kinerja personil dalam laporan tertulis sebab hal ini merupakan sebuah kesempatan dimana personil mengetahui tingkat capaian mereka. Senantiasa adakan tatap-muka secara singkat dengan personil secara pribadi untuk menginformasikan capaian kinerja. Mulailah mempraktekkan pengiriman kartu ucapan untuk keluarga personil aga
r dapat menginformasikan setiap pencapaian prestasi yang bersangkutan.***

Referensi:


.