Sebuah organisasi tanpa kemampuan daya saing dan kekuatan, tidak akan sukses meraih tujuan yang ingin diraihnya. Sebab itu TNI Angkatan Udara perlu untuk bangkit, berlatih dan mempertahankan segala SDM-nya yang telah memiliki semangat kerja dan kontribusi yang positif, berpengetahuan, dan trampil.
Dengan demikian, pastinya
dapat berjalan dengan efektif untuk hasil positif mendatang dalam segala
pelaksanaan tugas pertahanan negara. Untuk mendorong TNI AU mencapai
keberhasilan pelaksanaan tugas di masa depan, dibutuhkan kepemimpinan yang
memiliki kredibilitas dan yang secara langsung terlibat dalam proses dinamika
organisasi.
a.
Kualitas-kualitas
kepemimpinan
Disetiap
tingkatan kepemimpinan di TNI AU, perlu memiliki semangat nilai-nilai yakni
integritas, moralitas, keunggulan, semangat kebersamaan dan mandiri, menjadi
figur teladan dalam kerja keseharian dan dalam kehidupan pribadi.
Disamping nilai-nilai
tersebut, kepemimpinan TNI AU dalam segala tingkatan haruslah memiliki pendekatan
kepemimpinan yang positif dan gaya kepemimpinan yang pas dengan TNI AU sebagai
organisasi militer. Pendekatan ini diinspirasikan sebagai berikut:
Integritas. Integritas adalah kesatuan
dari semua tindakan dan nilai-nilai yang diyakini. Integritas seorang pemimpin
haruslah sama, baik didalam kehidupan pribadinya maupun diluar di masyarakat.
Sebab dengan integritasnya
seorang pemimpin dapatlah dipercaya sebab dia tidak akan pernah menurunkan standar
nilai-nilai yang diyakininya, walaupun hal itu mungkin sangat mudah untuk dilakukan.
Seorang pemimpin dengan
integritasnya akan memperoleh kepercayaan oleh bawahannya dan hal ini sangat
berguna dan efektif didalam memimpin mereka. Janji yang ditepati, kejujuran, tanggapan
yang cepat, emosi yang terkendali dan tanpa bentakan dan kekasaran.
Semua ini merupakan
tanda-tanda bagi seorang pemimpin yang berintegritas. Seorang pemimpin yang
berada di pusat integritas akan mendapat tanggapan yang positif dari para
bawahannya.
Dedikasi. Dedikasi berarti memberikan
waktu maupun energi yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas yang ada. Seorang
pemimpin yang menginspirasikan dedikasi melalui teladan nyata, mengerjakan apa
saja yang dibutuhkan untuk melengkapi kemajuan visi kedepan akan lebih efektif.
Dengan memberikan contoh
yang nyata, setiap pemimpin dapat menjadi contoh bagi bawahannya, bahwa tidak
ada pekerjaan hanya ‘tujuh tigapuluh ke tiga tigapuluh’ dalam tim tetapi hanya
ada kesempatan untuk meraih keberhasilan tugas-tugas.
Kreativitas berarti kemampuan untuk
berpikir lebih dari biasanya, untuk keluar dari kotak yang tidak memiliki
solusi. Kreativitas memberikan seorang pemimpin kemampuan untuk melihat sesuatu
yang orang lain tidak dapat lihat dan akhirnya menuntun para bawahan kepada
arah yang baru.
Kemurahan hati atau keluhuran budi yang
berarti memberikan balas jasa sesuai dengan yang apa yang telah dikerjakan. Seorang
pemimpin yang murah hati dapat memastikan bahwa imbalan untuk keberhasilan
dapatlah dibagikan dengan mudah ke seluruh tingkatan organisasi.
Adanya kemurahan hati akan
membantu personil memiliki rasa percaya diri dan dapat merekatkan tim lebih erat.
Sehingga dapat menyemangati anggota tim dan mengurangi ketidakpuasan. Hal ini adalah
ciri khas dari kepemimpinan yang efektif.
Keadilan. Berarti berurusan secara
konsisten dan jujur. Seorang pemimpin haruslah memeriksa semua fakta dan mampu
mendengarkan orang lain sebelum menjatuhkan hukuman. Pemimpin harus menghindari
lompatan keputusan berdasarkan keterangan yang tidak lengkap. Saat seseorang
merasa bahwa mereka diperlakukan dengan adil, mereka akan membalas pemimpinnya
dengan kepatuhan dan dedikasi.
Ketegasan tidak sama dengan agresif.
Sebaliknya, hal ini adalah kemampuan yang jelas untuk menyatakan apa yang
diharapkan sehingga tidak akan ada kesalahpahaman.
Seorang pemimpin haruslah
tegas dalam menentukan apa-apa saja yang diinginkan. Bersamaan dengan adanya
ketegasan akan timbul rasa tanggungjawab atas pengertian yang jelas tentang apa
yang diinginkan bawahan dari para pemimpinnya.
Banyak pemimpin sangat sulit
menemukan ketegasan yang benar. Terlalu lembut atau terlalu tegas mungkin merupakan
kelemahan yang pada umumnya mempengaruhi seorang pemimpin.
Keterbukaan adalah sikap yang gampang untuk
mendengarkan ide-ide baru, sekalipun hal itu bertolak-belakang dengan pemikiran
orang kebanyakan. Pemimpin yang baik dapat menangguhkan penilaian saat sedang
mendengarkan ide orang lain.
Semudah menerima cara baru
dari segala sesuatu yang dipikirkan orang lain. Keterbukaan akan membangun
hubungan saling menghormati dan menumbuhkan kepercayaan antara pemimpin dan
bawahan. Dan hal itu akan menjadikan tim kerja menghasilkan ide-ide baru yang
lebih maju.
Humoris merupakan hal yang sangat
diperlukan untuk meredakan ketegangan dan kebosanan, demikian juga baik untuk
meredakan permusuhan. Pemimpin yang efektif harus tahu bagaimana menggunakan
humor sehingga dapat memberikan energi yang positif bagi tim kerjanya.
Humor adalah sebentuk
kekuatan yang memberikan kendali atas keseluruhan lingkungan kerja. Dan dengan
menggunakan humor, dapat menumbuhkan persahabatan yang baik.
Rendah hati. Pemimpin dengan kerendahan
hati mengetahui bahwa mereka tidaklah lebih baik ataupun tidaklah lebih buruk
daripada anggota tim lainnya.
Seorang pemimpin yang rendah
hati tidaklah menonjolkan diri melainkan lebih mengedepankan orang lain.
Pemimpin yang rendah hati juga mengerti bahwa status mereka tidaklah membuat
mereka menjadi sama seperti Tuhan.
b. Gaya Kepemimpinan
Ada beberapa tipe gaya
kepemimpinan pada umumnya, yang mudah diterapkan seperti:
Kepemimpinan otokrasi yakni gaya kepemimpinan dimana semua kuasa pengambilan
keputusan berada ditangan pemimpin.
Kepemimpinan demokrasi yakni melibatkan tim dipandu oleh seorang pemimpin dimana
semua individu terlibat dalam proses pengambilan keputusan untuk memilah apa
yang diperlukan untuk dikerjakan dan bagaimana hal itu dapat dilakukan.
Pemimpin kelompok memiliki kuasa untuk pengambilan keputusan bagi kelompoknya.
Kepemimpinan laissez-faire yakni gaya
kepemimpinan non-authoritarian. Pemimpin ini hanya berusaha untuk memberikan
sedikit panduan kemungkinan kepada bawahannya dan berusaha untuk mencapai
kendali melalui cara-cara yang tidak terlalu jelas/ nampak. Mereka yakin bahwa
orang-orang akan menjadi unggul apabila dibiarkan sendiri untuk merespon dengan
penuh tanggungjawab menurut cara mereka sendiri.
Kepemimpinan situasional adalah
seorang pemimpin yang menyesuaikan dengan bentuk kepemimpinan yang tergantung
pada kedewasaan dari personil yang dipimpinnya. Kelompok yang belum matang
dipimpin melalui model demokrasi.
Kepemimpinan transaksional yakni kepemimpinan yang kadang-kadang disebut sebagai
kepemimpinan manajerial, fokus pada interaksi antara pemimpin dan bawahan.
Pemimpin transaksional memanfaatkan ganjaran dan hukuman untuk memotivasi para
bawahannya. Namun, hal ini juga memiliki keterbatasan, hal ini hanya dapat
efektif dalam beberapa situasi tertentu.
Contohnya,
gaya transaksional dapat bekerja dengan baik dalam kasus dimana masalahnya
jelas dan sederhana. Salah satu masalah besar dengan gaya ini adalah tidak adanya
dorongan bagi anggota kelompok untuk mencari solusi masalah atau berkontribusi
dengan kreatif, dimana seharusnya anggota diperlukan.
Kepemimpinan transformasional. Kepemimpinan dimana seorang pemimpin
mengidentifikasi perubahan yang dibutuhkan, menciptakan visi ke depan untuk
memimpin ke arah perubahan melalui inspirasi dan memutuskan berubah didukung dengan
penuh komitmen dari seluruh anggota kelompok.
Lepas dari variasi beberapa
gaya kepemimpinan, kepemimpinan transaksional dan situsional lebih disukai
daripada gaya kepemimpinan lainnya. Jiwa kepemimpinan tidak hanya berlaku
diantara perwira tetapi penting disemua tingkatan organisasi, terlebih lagi diantara
para bintara.
Pada saat ini para bintara
sangatlah sulit dalam melatih kepemimpinan diantara mereka sendiri. Ini mungkin
disebabkan oleh kurangnya kepercayaan yang diberikan oleh para perwira untuk
pendelegasian tugas dan juga mungkin karena susunan pangkat yang fleksibel
diantara para bintara.
Walaupun pimpinan organisasi
telah menyampaikan pengarahan yang berhubungan dengan pemberdayaan manajemen
peningkatan peran serta bintara, namun hal ini belum sepenuhnya diterima.
Sebab itu, seluruh perwira
diwajibkan untuk menanggapi kepastian pemberdayaan bintara sehingga
mendatangkan hasil guna yang baik. Hal ini merupakan cita-cita yang tinggi, sebab
secara keseluruhan kepemimpinan itu melibatkan seluruh bintara, rekan kerja dan
juga para petinggi atau pejabat.
Dalam gaya kepemimpinan ini,
nyatanya seorang pemimpin dalam level apapun, akan dikelilingi oleh bawahan
atau bintara, rekan kerja di level yang sama serta oleh atasannya.
Sebab itu seorang pemimpin
akan melatih kepemimpinannya agar menuntun bawahannya melalui hubungan
konvensional antara pemimpin dan pengikut. Akan mempengaruhi rekan kerja
melalui teladan tingkah-lakunya.
Dan berdasarkan tanggapan
yang diberikan oleh rekan kerjanya, akan mempengaruhi mereka untuk menjadi
pemimpin yang baik. Sehingga dapat memberikan dampak positif terhadap atasan dalam
mengambil keputusan yang baik dengan adanya saran masukan yang baik kepada
pemimpin.
Hal ini telah membuktikan
bahwa hal ini seharusnya dapat dilaksanakan di semua tingkatan organisasi.
Untuk menjadi seorang pemimpin yang baik membutuhkan pengetahuan dan latihan.
Sebab itu TNI Angkatan Udara
perlu memusatkan perhatian pada pembangunan SDM-nya secara terus-menerus dalam
pelatihan kepemimpinan. Dan senantiasa mengembangkan gaya kepemimpinan TNI Angkatan
Udara.
c. Komunikasi yang Efektif
Kepemimpinan
yang baik melibatkan komunikasi yang baik untuk mempengaruhi dan menginspirasi
personil menuju tercapainya tujuan dan visi TNI AU. Sehingga hal ini sangatlah
penting untuk kepemimpinan di semua tingkatan agar dapat berkomunikasi secara
efektif.
Beberapa cara tentang
bagaimana berkomunikasi yang baik adalah sebagai berikut:
Mendorong diadakannya sesi tanya–jawab sehingga memungkinkan aliran informasi.
Sesi tanya jawab ini akan menghasilkan hal yang baik, sebab hal ini akan nampak
melalui isyarat non-verbal. Pada saat tanya-jawab, dapat digunakan kata-kata
tanya yakni apa, mengapa, kapan, dimana dan bagaimana untuk mendorong keaktifan
tanya-jawab.
Mendengar secara efektif melalui persiapan sesi, mendengarkan ide-ide, tetap
penuh keterbukaan pikiran dan meletakkan diri sendiri pada posisi sebagai
pembicara.
Menggunakan kebijakan pelayanan terbuka agar lebih mudah dijangkau
Menjadwalkan ‘Jam Komandan’ atau sesi pembinaan.
Menggunakan Sistem Manajemen Unit (SMU) secara efektif. Rapat staf dan tatap-muka dengan personil yang bersangkutan beserta pasangannya
apabila perlu. Meletakkan skala prioritas pada laporan kinerja. Jangan menyamaratakan kinerja
personil dalam laporan tertulis sebab hal ini merupakan sebuah kesempatan
dimana personil mengetahui tingkat capaian mereka. Senantiasa adakan tatap-muka
secara singkat dengan personil secara pribadi untuk menginformasikan capaian kinerja. Mulailah mempraktekkan pengiriman kartu ucapan untuk keluarga personil agar
dapat menginformasikan setiap pencapaian prestasi yang bersangkutan.***
Referensi:
.png)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar