Bencana nasional
menyentak dunia internasional pada bulan Mei 2012 abad ini, peristiwa jatuhnya
pesawat Sukhoi Superjet 100
mengalihkan perhatian dunia kepada Indonesia. Kecelakaan ini menyatukan seluruh
elemen masyarakat Indonesia dalam kesatuan gerakan kemanusiaan SAR (Search and Rescue) yaitu usaha
untuk mencari dan menolong atau menyelamatkan manusia dan benda berharga yang
hilang atau dikhawatirkan akan hilang dalam penerbangan. Setelah Operasi SAR digelar
oleh Basarnas dalam rangka pencarian, pertolongan, dan penyelamatan personel
dan materiil pesawat Sukhoi, turut pula dalam
pencarian dan evakuasi korban pesawat Sukhoi
Superjet 100 adalah satuan tim SAR Tempur dari Batalyon 467 Korps Pasukan
Khas TNI Angkatan Udara yang saat ini dipimpin oleh Letkol Pasukan R. Harys Soeryo M; lulusan SEPA PK tahun 1995 dan
Seskoal Angkatan 47 tahun 2009.
Seperti yang
tertera didalam Buku Petunjuk Prosedur Tetap TNI AU tentang Mekanisme Kerja
Satuan Paskhas dalam Operasi SAR Tempur tahun 2007. Keberhasilan kegiatan
pencarian, pertolongan, dan penyelamatan sangat ditentukan oleh kemampuan
personil dan sarana prasarana yang menunjangnya. Batalyon 467 Paskhas adalah
satuan tempur yang berada dibawah kendali Operasi Wing I Pasukan Khas TNI
Angkatan Udara sama seperti satuan TNI lainnya, selama ini terus berupaya untuk
meningkatkan kemampuan prajurit agar senantiasa siap melaksanakan tugas-tugas
kemiliteran. Dan salah satu kemampuan prajurit Pasukan Khas (Paskhas) adalah Search And Rescue Combat atau SAR Tempur
dalam kegiatan operasi mencari dan menolong Survivor.
Penyelenggaraan
Operasi SAR Tempur oleh Flight SAR
Tempur Paskhas dilaksanakan oleh Tim
Penolong dan Tim Pengaman yang mempunyai syarat kemampuan dan organisasi tugas
tertentu, walaupun tentu saja, keberhasilan penyelenggaraan SAR Tempur
dipengaruhi pula oleh faktor cuaca, medan di mandala operasi. Seperti kemampuan meteorologi, komunikasi elektronika dan kerja sama pesawat
terbang; kemampuan untuk melindungi, memberikan pengamanan unsur pesawat yang
akan melakukan penjemputan Tim Penolong dalam evakuasi korban (survivor) serta melaksanakan peran
komunikasi elektronika dan KSPT.
Dalam hal ini
diperlukan beberapa kemampuan lainnya antara lain kemampuan taktik dan teknik
menuju lokasi musibah, mengatasi ancaman dan melaksanakan pelolosan serta
kemampuan melaksanakan pertolongan medis dan penyelamatan korban keluar dari
lokasi kejadian untuk dibawa ke daerah yang lebih aman.
Berdasarkan Surat
Telegram Asisten Operasi Kasau Nomor T/ 468/ 2012/ tanggal 9 Mei 2012 tentang pengerahan
personil Paskhas untuk SAR hilangnya pesawat Rusia di Gunung Salak, maka pada Rabu
(9/5) pukul sembilan malam, Tim SAR tempur Batalyon
467 Paskhas yang berjumlah sembilan puluh lima personil bergerak menuju ke
Gunung Salak Bogor, dengan Team Leader Lettu Pasukan Mochamad Adi Firdaus S, yang
sehari-harinya menjabat Komandan Peleton Pan 1 Kipan 2 di Batalyon 467 Paskhas.
Mulanya Tim
SAR menuju ke Pangkalan TNI AU Atang Sendjaya Bogor; baru pada Pukul 10.00
melaksanakan briefing di Lanud ATS
Bogor.
Dengan
berbekal perlengkapan SCRU, Tali Karmantel 50m, GPS, Senter
Lapangan, Panel, Bad Parking, Sarung
Tangan, Pule Single, Protector, Penggaris, Kompas, Wibing (ini untuk Jump Master). Dan ½ Body
Harnest, Senter Besar, Teropong Siang (khusus untuk Full Body Harnest); pas tenga malam menuju ke desa Cidahu dimana
adanya Posko I SAR. Dilanjutkan briefing jam
3 dini hari dengan Basarnas, bersama-sama Wanadri (Club Pecinta Alam). Kelompok inilah yang bahu-membahu berusaha
menemukan lokasi jatuhnya pesawat. Dari kesaksian Komandan Tim SAR Paskhas Lettu Pasukan Mochamad
Adi Firdaus S
diketahui,
ada beberapa jalan menuju lokasi kecelakaan. Dengan tekad dan niat tulus untuk
menolong, Tim SAR Paskhas melangkah memulai pencarian dengan membuka jalan
melalui jalan kiri Posko Cidahu, tindakan ini dilakukan walaupun hanya sedikit
informasi yang diperoleh tentang kondisi dan situasi medan pencarian di Gunung
Salak. Ternyata medan terlalu curam dengan tingkat kemiringan hingga sembilan
puluh derajat. Sehingga diputuskan untuk mengambil rute lain yakni melalui
daerah Cimelati. Kondisi medan ternyata sama persis seperti dengan yang dilalui
dari Posko Cidahu, tebing-tebing gunung yang curam sehingga sungguh tidaklah
mungkin untuk bertindak sendirian tetapi haruslah dibantu oleh Tim SAR lainnya,
dengan melakukan turun tebing.
Hari
berikutnya, Kamis pagi (10/5) diawali dengan briefing, Komandan Tim memimpin rapat, bersama-sama membuat rencana gerak untuk melakukan
evakuasi nantinya, merencanakan taktis pertolongan di darat, serta rencana
penetrasi udara. Pada saat ini, Komandan Tim Lettu Pasukan Mochamad Adi Firdaus S mengecek kelengkapan personel
dan materiil lain yang akan digunakan dalam operasi SAR serta mengadakan
koordinasi dengan satuan/ unsur SAR lain yang terkait. Setelah semuanya ini
dilakukan, tim
menuju lokasi pencarian korban, selang tidak beberapa lama, pada Pukul 10.00,
terdengar kabar Tim SAR Udara telah menemukan serpihan-serpihan jatuhnya pesawat.
Langsung juga pada saat itu, Pukul 14.00 tim kembali ke Posko Cidahu untuk
mengikuti informasi terakhir. Sehingga pada pukul 16.00 seluruh personil SAR
bergerak menuju posko induk yang baru dibentuk di desa Cipelang. Hari itu
diakhiri dengan rapat untuk menyusun kekuatan, serta merencanakan kegiatan untuk
esok harinya.
Dengan bantuan penelusuran dari
unsur SAR Udara yakni dengan adanya foto udara (baca Berita Pers: Komandan
Lanud Halim: pimpin langsung pengambilan gambar tempat jatuh pesawat Sukhoi
dari udara (10/5) merupakan alasan kuat mengapa Tim SAR Tempur Batalyon 467/
Korpaskhas merupakan tim yang pertamakali mampu meluncur ke lokasi kejadian
kecelakaan pesawat Sukhoi Superjet 100.
Hal ini terbukti dengan pemberitaan Kompas, Sabtu (12/5) halaman 15 kolom 3.
Hingga Jumat pagi, helikopter NAS-332 Super Puma dari Skadron Udara 6 Lanud
Atang Sendjaya batal menurunkan satu regu Paskhas. Pukul 10.35, tim SAR Paskhas yang terdepan melaporkan telah berada di
tubir jurang sejarak 150 meter dari lokasi puing.
Hal ini dimungkinkan sebab dengan
foto udara, diketahui secara pasti titik koordinatnya, tim aju ini diikuti oleh
Wanadri, turut pula dalam rombongan, crew
Trans7 dan wartawan Radio, mulai bergerak
pada Kamis pagi (10/5) pukul lima pagi hari, menuju lokasi kecelakaan melalui
desa Cijeruk dengan menggunakan GPS berpatokan pada peta menuju sasaran, saat
itu pula tim aju Batalyon 467 Paskhas sudah masuk kedudukan. Walaupun, kenyataannya kendala dilapangan sangat ekstrim,
tertutup dengan cuaca yang selalu berubah-ubah. Sayang, mereka terhalang kabut
tebal. Hal ini menyulitkan tim SAR untuk jarak pandangnya. Ketika kabut tersingkap,
setapak demi setapak Tim SAR mendekati lokasi jatuhnya pesawat. Sehingga cara
satu-satunya yang ditempuh adalah dengan memaksimalkan fasilitas yang ada
dengan senantiasa berkoordinasi dengan satuan atas. Selalu berkoordinasi dengan
posko tentang keadaan medan dan cuaca serta berupaya untuk membuka jalan baru demi
memudahkan evakuasi dari lokasi kecelakaan.
Tim
yang telah diperlengkapi dengan berbagai kemampuan ini salahsatunya kemampuan melakukan penetrasi untuk mengatasi berbagai
rintangan medan; kemampuan memberikan pertolongan medis terhadap korban pada
kecelakaan, juga kemampuan melakukan ”SERE”
(Survival, Evasion, Resistance, Escape) serta kemampuan menentukan titik pendaratan pesawat terbang di daerah pelolosan
untuk melaksanakan evakuasi korban. Telah berhasil merangsek maju membuka jalur yang belum pernah dilalui oleh
pendaki gunung sekalipun. Saat pendakian dilakukan, pada saat
itu pula Tim Sar Batalyon 467 telah membawa alat pemotong kayu seperti senso metal untuk membuka jalan dengan
memotong ranting-ranting kayu pohon. Dan tim inilah yang lebih dahulu menemukan
mayat-mayat bergelimpangan dengan reruntuhan badan pesawat yang berserakan. Kerja
keras dan upaya yang dikerahkan berbuahkan hasil dengan ditemukannya sepuluh
mayat di lokasi jatuhnya pesawat Sukhoi
Jet 100. Dan pada pukul tiga sore harinya, tim mencapai salah satu puncak
Gunung Salak. Berita ditemukannya tempat kecelakaan merupakan berita yang
paling dinanti-nantikan oleh seluruh rakyat Indonesia, yang sejak awal
mengikuti perkembangan kejadian bencana nasional ini.
Sebenarnya, menurut
Komandan Tim Lettu Pasukan Mochamad Adi Firdaus S, ada
beberapa alternatif jalur pencarian, yang dimulai dari tiga tempat sebagai
tempat start yaitu pertama, bertitik-tolak
dari desa Cidahu. Didesa ini sudah ada jalur pendakian. Hal ini tidaklah
mengherankan sebab kawasan ini menjadi
bagian dari rimba perawan Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) dan
banyak para pendaki ataupun pencinta alam menapaki jalur ini. Jalur kedua, melalui
desa Cimelati, jalannya masih sangat alamiah, sehingga harus dibuatkan jalur
yang baru. Dan yang ketiga, start
dari Cipelang yang dapat dilalui
walaupun dengan tingkat kesulitan tersendiri.
Serpihan-serpihan
badan pesawat bercampur-baur dengan bagian-bagian tubuh korban yang tidak
berbentuk jasad lagi berserakan, aroma pembusukan menyengat hidung menyambut
kedatangan Tim SAR Paskhas dan Wanadri serta media pers. Potongan-potongan
jasad dikumpulkan dalam kantong dengan menggunakan sarung tangan. Dan semua
barang-barang yang dapat dijadikan identifikasi jasad dikumpulkan dan langsung
diserahkan kepada Penanggungjawab (personil yang paling tertua) di Posko. Selanjutnya,
pihak rekan-rekan yang di Posko-lah yang akan memilah-milah antara badan-badan
penumpang yang sulit dikenali dengan barang-barang penumpang berupa kartu
identitas ataupun kartu yang lainnya.
Sementara itu, pesawat
helikopter SAR dari Skadron Udara 8 Pangkalan TNI AU Atang Sendjaya telah
berupaya untuk mendekati lokasi kecelakaan, penetrasi melalui udara dilakukan dalam rangka mendapatkan ruang gerak yang leluasa bagi Tim Penolong
untuk persiapan pelaksanaan evakuasi. Namun cuaca yang
berubah-ubah dan tidak dapat diprediksikan, saat pagi hari, kabut naik dari bawah,
naik dan selalu menutupi bagian atas gunung Salak, cuacanya sangat tidak
mendukung untuk dapat dilakukan pendaratan, maka dilakukan penerjunan dengan cara HAHO/ HALO, dengan ketentuan ketinggian pesawat 8000 feet AGL ataupun peluncuran menggunakan tali (rapelling dan fast rope)
ataupun alternatif lainnya yaitu dengan penggunaan hoist. Ataupun alternatif lain yang sama berbahayanya adalah melakukan penetrasi
dengan Air Landed. Penetrasi dengan air landed dilakukan untuk mendaratkan pasukan pada dasar/ daratan
yang dapat didarati pesawat helikopter, pelaksanaannya pesawat
mendarat pada daratan yang keras atau area yang dapat didarati. Tim evakuasi
atau SAR Udara sangat menolong pekerjaan evakuasi yang dilakukan oleh tim SAR darat,
apalagi dengan bantuan hoist. Cara
ini digunakan untuk menjangkau tim SAR darat yang berada di lereng gunung yang
curam, terutama menyuplai dukungan logistik demi memelihara dan menjaga moril
seluruh personil yang telah berada di tebing gunung.
Jumat (11/5) dimulai
pagi hari pukul 05.00, lima personil dari masing-masing satuan melaksanakan
pencarian, dibantu sepuluh personil yang melakukan evakuasi. Hal ini sangat
menguras tenaga sebab kondisi korban yang sudah berhari-hari tergeletak didasar
jurang dan membengkak. Berat mayat menambah tingkat kesulitan tim dalam
melakukan evakuasi, apalagi diambil dari dasar jurang. Menilik dan mempelajari
kondisi dan situasi yang terjadi, maka diputuskan untuk membuat area pendaratan
pesawat Helikopter. Keputusan ini tepat sekali sebab menolong meringankan
pekerjaan evakuasi, dibandingkan dengan mengangkut jasad melalui rute darat
dengan medan yang menyangsikan.
Kesibukan pembuatan
Helypad inilah yang paling mencolok, setelah penemuan lokasi kecelakaan.
Komandan Tim memikirkan bagaimana caranya mencari tempat pendaratan yang aman
bagi pesawat heli untuk memudahkan tim SAR udara mengevakuasi. Pembuatan
helipad ini sangat membutuhkan kejelian mata oleh tim didalam memilih lokasi
pendaratan, sebab sebagian besar area berada dalam keadaan yang terjal dan
curam.
Sekaligus berupaya sekuat
tenaga menyiapkan landasan pesawat dengan menebang pohon-pohon ditempat yang
datar bagi evakuasi melalui jalur udara. Tenaga prima juga dibutuhkan dan
dengan bantuan Tim SAR lainnya, dimulailah kegiatan pembukaan hutan dengan memotong
pohon-pohon untuk keamanan pendaratan Helikopter dari Skadron Udara 8 Pangkalan
TNI AU Atang Sandjaya Bogor. Helypad
adalah lokasi pendaratan yang aman dan dapat didarati oleh alat utama sistem
persenjataan ini. Lokasi pendaratan haruslah dekat dengan lokasi terjadinya
kecelakaan.
Kelebihan lainnya dari
Tim SAR Batalyon 467 Paskhas ini adalah dilengkapinya tim dengan keahlian
khusus seperti Parking Master. Para Penerbang
pesawat Helikopter sangat bergantung kepada kehandalan tim ini didalam memandu
maupun menuntun mereka menempatkan badan pesawatnya tepat di garis Helypad. Sebagai ketua tim aju, Lettu Pasukan Mochamad Adi Firdaus S telah membagi tugas
setiap anggota tim SAR Paskhas. Setiap harinya ada Parking Master yang dengan jeli memberi kode pendaratan ataupun
untuk rafling bagi pasukan yang
lainnya. Sebagai ground-crew, tugas
ini sangatlah penting bagi keselamatan semua anggota SAR di udara maupun yang
berada di darat. Dukungan peralatan dari Lanud Atang Sendjaya seperti tambahan
alat pemotong kayu/ senso, tool-kid
lainnya, sangatlah membantu membangun Helypad
di puncak Gunung Salak 1. Apalagi dukungan logistik bagi personil di gunung,
sangatlah menentukan keberhasilan evakuasi. Seandainya pesawat heli tidak
dilibatkan, maka mungkin saja personil akan terpaksa puasa dua hari. Padahal
dinginnya iklim di ketinggian Gunung Salak merupakan satu tantangan yang sangat
menguji keteguhan hati para Tim SAR darat yang berusaha menaklukkan puncak
Gunung Salak. “Sebenarnya ada sumber mata air di Pos tiga desa Cimelati, namun
jarak tempuh dan medannya terlalu beresiko bagi personil untuk kembali ke desa dan
mengambil logistik”, kata Lettu Pasukan Adi Firman menjelaskan.
Kemudian, setiap harinya ada lima
orang pertama yang berangkat sejak jam enam pagi sebagai tim pencari korban.
Ini dilakukan sampai dengan sore harinya. Kemudian kembali diluncurkan sepuluh
personil pada pukul tujuh sampai dengan dua belas tengah hari sebagai tim evakuasi.
Bergantian dengan tim selanjutnya yang meneruskan tugas evakuasi dari jam 12
sampai dengan 16 setiap harinya. Hal ini patut dilakukan sebab mengingat
beratnya medan serta beratnya korban yang telah berhari-hari terabaikan. Belum
lagi mengingat bau tajam yang menusuk hidung. Dibutuhkan mental dan jiwa besar
didalam melakukan kerja kemanusiaan ini. Sehingga pada Minggu (13/5) tim
melakukan pergantian tenaga evakuasi dengan personil yang baru di lokasi
kecelakaan, dan kemudian hari itu ditutup dengan evaluasi oleh pemimpin tim.
Demikian selanjutnya, sampai dengan selesainya kegiatan evakuasi.
Dengan tidak
mengingat diri sendiri, seluruh tim mengumpulkan satu persatu serpihan serpihan
pesawat dan anggota-anggota badan korban. Cuaca yang dingin, medan yang terjal,
bau yang menyengat menuntut kesigapan yang tinggi dari personil TNI. Untung
saja, hal ini didukung dengan adanya suply
logistic melalui udara. Melalui darat tidak dapat diharapkan sebab jalur
yang sangat curam. Jika tim SAR lainnya dibagi dalam dua kelompok yang secara
bergantian naik-turun ke puncak Gunung Salak, namun Tim SAR Paskhas tetap stand-by di puncak gunung sebab adanya Parking Master yang mampu menuntun Tim
SAR Udara didalam menyuplai makanan serta dalam melaksanakan evakuasi melalui udara.
Menurut Lettu Pasukan Mochamad Adi Firdaus S, pengalaman SAR ini
tidak akan dilupakannya, saat ketika menemukan korban pertama dengan semampunya
berbuat maksimal walau hanya dengan perlengkapan seadanya. Uniknya lagi, jasad korban
atas nama Pamela Rompas ditemukan pas bertepatan dengan hari ulang tahunnya 16
Mei. Hal ini tertera pada kartu identitasnya yang ditemukan tidak jauh dari
jasadnya. Tim SAR telah berhari-hari merangsek naik kearah tebing Gunung Salak mulai
dari tanggal 9 Mei sampai dengan tanggal 16 Mei. Dan pada tanggal inilah korban
ditemukan disaat seharusnya ia merayakan HUT-nya. Pengalaman yang paling
berkesan lainnya ketika tidur berdampingan dengan kantong-kantong mayat di
puncak gunung sebab cuaca tidak memungkinkan untuk dilakukan evakuasi pada sore
harinya. Kabut perlahan naik ke arah puncak gunung sehingga harus menunggu pada
keesokan harinya. “Kedengarannya janggal malam itu tidur bersama mayat korban, tetapi
ini benar-benar terjadi, namun kami tidak lagi memikirkan yang lainnya, sebab
badan semuanya penat tak terhingga”, ungkap perwira kelahiran Malang tahun 1986
yang lalu.
“Kami selesaikan
tugas sampai tuntas dengan stand-by
senantiasa di Posko Cipelang. Total keseluruhan tim SAR berjumlah sembilan
puluh lima personil yang merupakan gabungan SAR Udara maupun SAR Darat”, ujar
Perwira yang masih lajang ini. “Halangan yang paling berat adalah cuaca yang
berubah-ubah dengan suhu kelembaban yang tinggi, disertai hujan berkepanjangan.
Ini merupakan tantangan berat yang harus mampu dihadapi oleh anggota tim SAR,
selain tentunya medan yang sangat asli dan alamiah. Kabut yang selalu mengikuti
dan menutupi wilayah pencarian di Gunung Salak menjadikan pengalaman ini sangat
berharga. Bahwa kita harusnya menghargai hidup yang telah dianugerahkan Tuhan
bagi kita”, kata Adi dengan berfilsafat.
Dengan adanya pengalaman
dalam Save and Rescue korban pesawat Sukhoi Superjet100 ini menjadi wacana pemikiran
selanjutnya agar dapat menyiapkan Helly-Pad
sebagai salah satu alternatif mengantisipasi kemungkinan terjadinya Emergency di wilayah Gunung Salak yang
terkenal dengan lereng-lerengnya yang terjal dan curam.
Dedikasi dan kerja
keras Tim SAR Batalyon 467 Paskhas bersama tim SAR lainnya menuai pujian dan
empati dari rakyat dan pemerintah Indonesia. Dalam hal ini Menteri Koordinator
Bidang Kesejahteraan Rakyat HR Agung
Laksono dan Kepala Badan SAR Nasional Marsekal
Madya TNI Daryatmo memberikan sebentuk penghargaan kepada tim SAR Batalyon
467 Paskhas pada saat upacara penyerahan jenasah dari Menteri Perhubungan
kepada keluarga korban. Atas dedikasi dan kerja keras yang telah diberikan
dalam pencarian, penyelamatan dan evakuasi korban-korban kecelakaan pesawat Sukhoi Superjet100 di Gunung Salak,
Bogor, Jawa Barat pada tanggal 9 Mei 2012.
Lettu Pasukan
Mochamad Adi Firdaus S, Komandan Tim SAR, mengatakan (Dikutip dari
pemberitaan Kompas, Sabtu (12/5) halaman 15 kolom 4): “Bagi TNI dalam operasi
SAR tidak ada kata kembali. Sekali berangkat, tim harus menemukan lokasi
biarpun bermalam di hutan dengan logistik dan air yang mungkin minim. Namun
untuk kondisi itulah mereka telah dilatih”. Bravo Batalyon 467 Paskhas, Jinggamu perisai Dirgantara.***
Mars
Batalyon 467 Paskhas
Wahai prajurit Hardha Dedali
Patriot Pembela Pancasila
Tetap pandang ke depan menuju kejayaan
Meraih cita-cita Nan mulia
Wahai prajurit Hardha Dedali
Kreatif Inovatif dan Terlatih
Prajurit Korpaskhas yang tak kenal lelah
Berjuang bergerak dan bertempur
Dimedan laga kau tetap terdepan
Berjuang merebut dan kau menang
Pantang menyerah dan tak putus asa
Berjiwa satria andalan Baret Jingga
Rela berkorban demi Indonesia
Jinggamu perisai Dirgantara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar