Rabu, 29 Juni 2016

Museum Pesawat, Museum Pintar



MUSEUM PENUH PESAWAT ADALAH MUSEUM PINTAR
Penulis: Mayor (Sus) Michiko Sanra Moningkey

Museum Pusat TNI Angkatan Udara ‘Dirgantara Mandala’ ditetapkan sebagai museum pintar oleh Komunitas Jelajah. Komunitas pencinta sejarah, budaya, bahasa, teknologi dan sains termasuk peristiwa, tokoh, tempat dan peninggalannya.
Pelajar berdoa di puing pesawat VT-CLA yang membawa misi kemanusiaan

Komunitas ini memiliki beberapa tenaga ahli dengan latar-belakang ilmu yang berbeda. Salah satunya yang tidak asing lagi adalah Andy F. Noya. Atas perhatiannya maka museum ini diperkenalkan melalui acara Kick Andy yang terkenal, pada beberapa waktu yang lalu.
Kepala Muspusdirla Kolonel Sus Sudarno diundang menghadiri acara Kick Andy yang bertajuk tentang museum-museum di Indonesia. Darinya, diketahui info program wajib kunjung museum bekerjasama dengan Dinas Kebudayaan Propinsi dan Kabupaten. Serta keikutsertaan mengikuti karnaval di Sleman. Juga festival di Benteng Vredeburg Yogya.
Sedangkan acara penganugerahan Museum Awards 2015 telah dilaksanakan pada waktu yang belum lama ini oleh Komunitas Jelajah di Galeri Indonesia Kaya.
Pengunjung Museum Pusat AU Dirgantara Mandala Yogyakarta
Dalam rangka menyemarakkan Hari Museum Dunia 2015 yang bertema “Museum for Sustainable Society”. Dan juga untuk mensukseskan program Gerakan Nasional Cinta Museum setiap tahunnya.
Museum yang dikelola dengan tekun oleh pihak TNI AU ini, mendapatkan penghargaan dengan kategori museum pintar. Memang, ada beberapa kategori yang ditetapkan oleh Dewan Juri.
Kategori-kategori tersebut adalah Museum Pintar (Smart Museum), Museum Cantik (Engaging Museum), Museum Bersahabat (Friendly Museum), dan Museum Menyenangkan (Fun Museum).
Salah satu pengunjung berpose di depan pesawat tempur di Museum Pusat AU Dirgantara Mandala Yogyakarta
Dalam Museum Pintar, aspek kognisi dan psikomotor museum diperhatikan. Apakah museum mampu membuat dan menjalankan program edukatif yang kreatif dan inovatif.
Dalam Museum Cantik, aspek estetika museum diperhatikan. Apakah museum mampu membuat program perawatan dan pelestarian sehingga pengunjung merasa nyaman.
Dalam Museum Bersahabat, aspek afeksi dan sosial museum diperhatikan. Apakah museum sanggup membuat dan menjalankan program yang melibatkan masyarakat baik eksternal maupun internal.
Dan yang terakhir, Museum Menyenangkan. Apakah seluruh atmosfir museum mampu menimbulkan fantasi, imajinasi, konstektual dengan suasana sekarang dan sesuai dengan koleksi yang disajikan serta media informasi yang digunakan. Sehingga akhirnya, keingintahuan pengunjung akan bangkit. Dan, pengunjung akan datang kembali untuk berkunjung.
Hebatnya lagi, penilaian ini bukan hanya berdasarkan pengamatan dari jauh semata, namun juga berdasarkan penelitian dan pendataan di lapangan. Survei di lapangan dilakukan secara incognito dan baru berakhir pada bulan Februari 2015. Sidang pleno akhir pada April yang dipimpin oleh Prof. Dr. Agus Aris Munandar, M.Hum.
Puing pesawat saksi sejarah pengorbanan pahlawan bangsa

Dan yang lebih membanggakan bagi pengelola Museum Dirgantara, jangkauan penelitian Komunitas Jelajah meliputi seluruh museum yang ada di tanah Jawa.
Artinya keseluruhan museum-museum di enam propinsi yakni DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta dan Jawa Timur, sebanyak 223 museum.
Museum Dirgantara ini telah melestarikan warisan dalam bentuk fisik dan memiliki nilai-nilai kejuangan yang sangat tinggi. Adanya semangat patriotisme dan jiwa bela negara yang terpancar dari setiap benda pusaka yang ada.
Letak keunikan museum Dirgantara adalah merupakan juga identitasnya. Hal ini nampak dari semua koleksi yang terpampang didepan mata. Bagaimana sejarah perjuangan Angkatan Udara dalam merebut dan mempertahankan kedaulatan wilayah udara Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Sejak berdirinya, museum ini dalam layanannya telah mencoba untuk menghentikan waktu. Pengunjung dibawa pada situasi zaman dahulu awal kemerdekaan Republik Indonesia.
Pihak pengurus museum telah berupaya sedemikian rupa. Sehingga tanpa di nyana, hal ini menghantarkan museum yang penuh pesawat ini mendapat penghargaan kategori Museum Pintar (Smart Museum) tahun 2015.
Pesawat simulator yang dapat dinikmati oleh pengunjung Museum Dirgantara

Memang dari segi pencapaian lokasi museum ini sedikit agak sulit, sebab letaknya berada di lingkungan Pangkalan Udara Adisutjipto Yogyakarta. Namun siapa yang sangka, museum ini memenuhi segala kriteria penilaian yang ketat dan telah melalui serangkaian observasi mendalam.
Menurut Ketua Komunitas Jelajah C. Musiana Yudhawasthi, selaku panitia pelaksana Museum Awards tahun 2015; kerangka pengamatan tahun ini mengacu pada fungsi museum dalam pendidikan informal. Museum harus dapat menjadi sumber connected and flipped learning.
Sedangkan bagi museum yang penuh dengan pesawat historis ini, koleksi yang tersaji adalah merupakan hasil nilai-nilai perjuangan Angkatan Udara yang dapat langsung diapresiasi oleh masyarakat.
Koleksi senjata api di Museum Dirgantara Yogya

Saat pengunjung memasuki halaman museum, mereka disuguhi oleh berbagai badan pesawat utuh yang memiliki nilai historis. Kesempatan bagi anak-anak pelajar untuk mengambil gambar dan mengabadikannya dalam kenangan mereka.
Dari jauh saja, sudah jelas nampak perbedaan jenis pesawat. Dalam Museum Pintar, aspek kognitif dan psikomotor museum menjadi perhatian Komunitas Jelajah.
Ini adalah ciri khusus yang dimiliki dan dibanggakan. Koleksi alat utama sistem senjata yang pernah dimiliki oleh Macan Asia. Indonesia pernah disebut-sebut sebagai Macan Asia karena armada Angkatan Bersenjata-nya yang ditakuti hampir menyeluruh daratan Asia.
Pesawat tempur, pesawat angkut, pesawat helikopter, pesawat latih. Pesawat olahraga dirgantara, peluru kendali dan radar. Dibalik setiap koleksi pesawat ada kisah pertempuran yang hebat.
Koleksi senjata api, berupa senjata laras panjang dan laras pendek, yang pernah digunakan dalam membela dan mempertahankan Tanah Air.
Foto dan lukisan juga yang bernilai sejarah. Koleksi replika dan miniatur. Koleksi patung pendahulu TNI AU. Beserta pahlawan nasional dan Kasau dari masa ke masa.
Ada juga koleksi heraldika yaitu koleksi lambang-lambang kesatuan TNI AU. Antara lain, panji-panji TNI AU, pataka komando utama, pathola, tunggul, dan lambang skadron udara. Serta badge dan tanda jasa.
Koleksi pakaian dinas Angkatan Udara. Sejak awal pembentukannya hingga saat ini. Museum ini juga diperlengkapi dengan beberapa diorama. Yaitu ruang yang menggambarkan beberapa peristiwa penting. Diantaranya awal pembentukan TNI AU. Operasi udara dan operasi penerjunan di era perang kemerdekaan. Sebagai cikal bakal Pasukan Payung Pertama di Indonesia.
Museum ini juga memiliki Mini Theatre yang menyuguhkan film atraksi kedirgantaraan. Seperti film tentang Team Aerobatic Elang Biru dengan pesawat tempur F-16 Fighting Falcon.
Terbaru saat ini, adanya simulator pesawat yang dapat dimainkan oleh pengunjung museum. Sehingga berkunjung ke museum pusat AU Dirgantara Mandala tidak akan sia-sia.
Apalagi, dengan merogoh kocek Rp 3.000,- per-orang (Rp 2.000,- untuk rombongan) untuk biaya masuk, pengunjung akan dibawa pada kejayaan dan keunggulan udara Indonesia oleh anak-anak negeri sendiri. Putra-putri terbaik Indonesia.
Sehingga tak salah untuk mengatakan: “Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala adalah tempat belajar seumur hidup, melalui program-programnya yang terbaik bagi masyarakat”. ***{Penulis: Mayor (Sus) Michiko Moningkey, sekarang menjabat sebagai Kasubsi Pustak Dinas Penerangan TNI AU. Seluruh isi materi ini merupakan milik intelektual pribadi. Meniru dan menggandakan hal-hal yang dicantumkan dalam materi ini, diluar maupun tanpa seizin Penulis, merupakan pelanggaran hak intelektual dan dapat diproses  sesuai hukum yang berlaku}. 

Tidak ada komentar: