UNTUK YOGYA YANG MAKIN ISTIMEWA
Penulis:
Mayor (Sus) Michiko Sanra Moningkey
Jabatan:
Kepala Perpustakaan Akademi Angkatan Udara Yogya
Bagi
tentara, perintah komandan adalah diatas segala-galanya. Jadi, berdasarkan Surat
Keputusan Kasau Nomor Kep/30-PKS/XII/2015 tanggal 17 Desember 2015.
Berangkatlah daku selaku Single-parents
beserta anak menuju tempat penugasan baru, Yogyakarta. Melaksanakan perintah
mutasi ke kota Yogyakarta.
Kota
istimewa yang makin istimewa dimataku saat tinggal dan bergelut mengadu nasib
di kota ini. Anakku semata wayang mengungkapkan kerinduannya untuk tetap
tinggal di kota Yogya selamanya.
Keinginan yang wajar sebab
memang Yogya sangatlah nyaman dan asri walau juga kemacetan tetap ada. Dan tentunya biaya
hidup masih lebih rendah daripada kota metropolitan Jakarta.
Lepas
dari hal itu, penulis lebih tertarik untuk menuliskan perjalanan darat dari
Jakarta ke Jogja.
Awalnya turunnya perintah
pimpinan TNI AU untuk memperkuat jajaran Akademi Angkatan Udara (AAU), tidaklah
pernah terlintas dalam benak.
Tahun 2015, ada tercetus
keinginan untuk pindah ke Landasan Udara Sam Ratulangi Manado, tanah kelahiran.
Tetapi hal ini tidak diluluskan sebab dulunya tahun 2006 telah pernah berdinas
di Manado.
Seterimanya surat keputusan
ini, tentunya yang terlintas dipikiranku pertama kali adalah bagaimana caranya
untuk sampai di daerah baru? Hidup yang seperti apakah yang akan kutemui
disana? Memikirkan pindah sekolah bagi anakku. Memikirkan tempat tinggal baru
dan lain-lain.
Semuanya dengan cepat
berseliweran dibenakku. Tentu saja daku harus mampu untuk memilah-milah dan
meruntunnya satu persatu. Dan yang paling penting adalah mampu mewujudkannya.
Satu hal yang terpenting
adalah berdoa. Banyak rencana, banyak
rancangan, namun semuanya sia-sia jikalau tanpa izin dari Tuhan. Jadi, pasrah
dan bertelut berdoa adalah satu hal yang paling pertama kulakukan.
Jujur, saat itu ada sedikit
kebimbangan yang hampir saja menyurutkan langkahku. Bagiku, kesempatan ini
adalah momen yang paling bagus untuk mendidik anakku. Betapa hidup adalah
pengambilan berbagai keputusan penting. Salah satunya adalah memutuskan untuk
‘menyetir kendaraan sendiri, lintas kota propinsi untuk sampai ke kota Yogya’.
Banyak pertimbangan yang
ada, daku pun tidak malu untuk meminta saran dan pendapat dari teman-teman.
Terutama orangtua yang saat ini berada di kota Manado, lain pulau.
Kalau diingat-ingat, ada ketakutan
juga sempat timbul dalam hati. Jika membayangkan perjalanan darat yang
kulakukan. Jujur, daku tidak tahu rute, tidak pernah melakukan tindakan yang
sama pada waktu yang lalu.
Namun, ku kuatkan tekad.
Menurutku, sekali mendayung, dua tiga pulau terlampaui. Saat seperti ini adalah
penting untuk mengajarkan anakku kemandirian. Agar dia menyadari bahwa hidup
adalah perjuangan. Dan sebagai satu tim, kami pasti mampu untuk menjalani
perjalanan ini.
Kamipun start dari kota Jakarta pada pukul tujuh pagi. Udara sangatlah
cerah. Dan anakku sangatlah bersemangat memulai petualangan ini.
Selama di highway, ada beberapa kali dia meminta
untuk mampir. Yach, hal ini adalah kesempatan
untuk bertanya arah jalan ke Yogya. Tapi, inilah yang kusadari, sering mampir
inilah yang menyita waktu perjalanan. Sehingga kami tiba pada pukul sepuluh
malam di Yogya.
Selama perjalanan, dia
sangat bersemangat. Miracle menjadi Navigator ku. Atlas peta ditangan kanannya,
Global Positioning System di tangan
kirinya. Daku pun lebih cermat memperhatikan petunjuk jalan yang tiangnya
berwarna hijau, di sepanjang jalan.
Setiap kali menemukan
persimpangan yang meragukan. Terpaksa turun dari mobil dan bertanya kepada
warga yang kebetulan berpapasan di jalan.
Satu hal yang membuat laju
mobil tetap kencang adalah keinginan agar tidak kemalaman di jalan. Perjalanan dalam keadaan gelap lebih menuntut
ekstra tenaga dan kosentrasi. Jadi, mending
jalan selama masih ada sinar surya daripada bermandikan cahaya bulan.
Sepanjang perjalanan,
pemandangan pedesaan sejauh mata memandang. Angin berhembus sangatlah sejuk.
Pemandangan yang tidak biasa ini menjadikan anakku tetap semangat.
Senyum simpul daku saat
mendengar ucapannya: “Mama, saya akan temani Mama, saya tidak akan tidur”.
Sebab, tentu saja hal ini tidak sesuai dengan kenyataan. Hebatnya, dia telah
berusaha untuk tetap terjaga, agar dapat menemani mama-nya menyetir.
Namun, kasihan juga, dia
akhirnya tertidur dengan sendirinya. Tetapi ini sudah cukup hebat bagiku. Momen
indah ini semakin memperkuat ikatan bathinku dengan anak.
Bagiku, adalah penting untuk
dia menyadari bahwa *Life is 10% what
happens to you and 90% how you react to it*. Perjalanan ini adalah kelas
yang sesungguhnya baginya. Bagiku juga. Untuk belajar menaklukkan keraguan,
bertindak dengan percaya dan belajar menikmati hidup.
Ada satu tanjakan yang saya
lupa nama daerahnya. Tetapi saat itu mobil harus berjalan dengan sangat
perlahan sebab ada kendaraan berat yang berada di depan.
Oh, ini tanjakan yang sangat
menegangkan bagiku. Tanjakannya sangat patah, dan sayapun tidak dapat
melambung. Takut-takut ada mobil melaju kencang dari arah depan.
Mobil yang saya kendarai
adalah kendaraan hasil keringat-lelah selama bertugas setahun di Libanon
sebagai Women Peacekeepers. Merek Nissan Cedric tahun 2007 dengan model Classic. Memuat semua apa yang kami
butuhkan, bahkan galon minuman dan bekal makanan.
TV yang lumayan lebar
layarnya, sepeda fixie, Dispenser,
semuanya muat. Orang tidak percaya kalau sepeda fixie dapat terangkut. Tetapi, begitulah. Bagiku mobil ini adalah
berkat dariNya. Sangat besar jasa-jasanya.
Kota Yogya kami masuki pada
pukul sepuluh malam. Tiba di Landasan Udara Adi Sucipto Km 10. Perjalanan ini
adalah penaklukkan akan rasa takut ku sendiri. Dan ternyata daku telah
membuktikan, kami telah membuktikan bahwa kami bisa sebagai satu Team.
‘Dengan keteguhan hati, keberhasilan akan
kunikmati. Ganjaran diberikan bukan pada awal, melainkan pada akhir perlombaan.
Seribu kegagalan mungkin menghadang namun keberhasilan sering terlindung
dibalik belokan. Bagaimana aku tahu betapa dekatnya sasaran yang harus kugapai,
bila aku enggan menggapai?’.***{Penulis:
Mayor (Sus) Michiko Moningkey, sekarang menjabat sebagai Kepala Perpustakaan
Akademi Angkatan Udara. Seluruh isi materi ini
merupakan milik intelektual pribadi. Meniru dan menggandakan hal-hal yang
dicantumkan dalam materi ini, diluar maupun tanpa seizin Penulis, merupakan
pelanggaran hak intelektual dan dapat diproses sesuai hukum yang berlaku}.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar