SUARA KOMANDO
Selama ini, cenderung
pembaca lebih tertarik pada pembahasan tentang alat utama sistem senjata
(Alutsista). Dan biasanya mengabaikan
satu hal yang nyatanya sangat memegang peranan penting dalam kepemimpinan
militer.
Komando yang diberikan oleh
seorang komandan pasukan akan sangat menentukan keberhasilan misi operasi di medan
perang. Ataupun menentukan keberhasilan pelaksanaan upacara parade maupun
defile pasukan.
Namun upacara parade bukan
hanya tampilan sederetan alat utama sistem senjata. Tetapi pasukan yang digerakkan oleh komando
akan sangat memastikan bahwa militer pada suatu negara patutlah dibanggakan.
Penulis tertarik untuk
menulis tentang satu hal yang penting ini walau mungkin kelihatannya
sepele.
Komando atau suara aba-aba adalah syarat paling penting bagi
kepemimpinan militer. Berhubungan langsung setiap hari dengan dua anasir utama
setiap tindakan militer, yakni anak buah dan senjata.
Apakah pada saat seorang
komandan sedang memberikan instruksi, melakukan latihan/ gladi upacara. Atau pun
sedang memimpin satu peleton di lapangan.
Tugas ini berbeda dengan
tugas di dalam staf yang diliputi dengan perencanaan militer dan usaha-usaha
meyakinkan atasan.
Sebab itu di lapangan, suara
aba-aba adalah suatu modal yang paling berharga. Bagi pelatih militer atau
instruktur, modal terbesarnya adalah suara.
Untuk mengembangkan kekuatan
militer, para instruktur-lah yang akan membentuk kader-kader yang menjadi inti
daripada pembinaan ratusan batalyon-batalyon baru.
Dari kalangan mereka pulalah
akan datang instruktur-instruktur yang akan melatih ratusan ribu calon prajurit
menjadi tamtama-tamtama gemblengan.
Mereka akan melaksanakan
satu-satunya cara latihan yang akan menjamin bahwa anak-buahnya akan tahan uji
segera sesudah pelor-pelor beterbangan.
Sebab latihan-latihan dilakukan
secara realistis dalam lingkungan dan suasana medan pertempuran yang
sesungguhnya.
Melatih anak-buahnya dalam
cuaca buruk atau melelahkan mereka dalam gerakan-gerakan latihan yang lama.
Tujuannya adalah untuk
menghasilkan orang-orang yang sehat badannya, yang telah terlatih di dalam
jabatan militer atau teknis. Dan yang telah terbiasa akan disiplin serta
bekerja dalam team kesatuan.
Serta yang mempunyai rasa
kebanggaan yang sebesar-besarnya akan kewajibannya. Artinya, yang rohani maupun
ketrampilannya telah siap untuk perang.
Singkatnya, baik perwira maupun anak buahnya siap untuk menunjukkan nilainya
sebagai militer profesional.
Tentu saja, teknil vokal
yang baik juga merupakan hal yang sangat berharga dalam sebagian besar kegiatan
kehidupan sipil.
Teknik ini khususnya sangat membantu
para pembicara, guru, instruktur, dan semua orang yang kesehariannya
menggunakan kekuatan suara dalam pekerjaan mereka.
Namun, perlu digarisbawahi, di dunia kemiliteran,
suara aba-aba dari seorang komandan akan sangat menentukan keberhasilan misi di
medan perang. Sebab suara seorang komandan-lah yang sangat amat dipercaya oleh
pasukannya.
Apa saja yang
diperintahkannya akan dilaksanakan dengan penuh kepatuhan oleh prajuritnya.
Di lain sisi, ada kiasan
yang sesungguhnya memiliki kebenaran jika disimak. Bahwa nyawa seorang komandan
ada di tangan anak buahnya.
Sebab dalam setiap
pergerakan pasukan secara beregu di medan operasi. Posisi seorang komandan selalu
urutannya ketiga dari depan atau berada di belakang anggota yang bertindak
selaku peninjau.
Ataupun selalu berada di
urutan kedua dari belakang. Serta senantiasa berjalan bersama-sama dan tak
terpisahkan dengan prajurit yang bertugas membawa perlengkapan radio komunikasi.
Otoritas
pemimpin atas kelompoknya, dilaksanakan seperti yang sudah diketahui bersama. Adalah
melalui orang yang paling senior atau yang tertua dari semuanya. Baik dari segi
kepangkatan maupun usia.
Dan
ini berarti melalui otoritas suara pemimpinnya, atau dengan adanya aba-aba
perintah. Nada suara seorang pemimpin dan caranya dalam memberikan perintah
akan menentukan bagaimana instruksinya akan dilaksanakan.
Mayor
Jenderal John M. Schofield, Kepala Akademi Militer Amerika Serikat, menyatakan dalam
sambutannya di hadapan para kadet.
Bahwa
disiplin untuk
membentuk suatu pasukan tentara
yang dapat diandalkan
dalam pertempuran,
tidaklah dapat diperoleh dengan
menerapkan hal-hal yang
kasar ataupun
tirani.
Demikian
pula sebaliknya, nada suara, apabila diterapkan secara salah, malah lebih
memungkinkan ke arah yang menghancurkan daripada membentuk jiwa seorang
tentara. (Baca artikel tambahan:
Berteriak = membunuh karakter).
Adalah
penting untuk memberikan instruksi dan perintah dengan sedemikian rupa, dalam
nada suara yang dapat menginspirasi pribadi orang lain.
Sehingga
dari dalam pribadi prajurit tidak akan timbul perasaan dendam, yang ada hanyalah
keinginan untuk patuh dan taat.
Sedangkan
dari sisi lain, apabila suara disalahgunakan, suara aba-aba atau suara perintah
yang gagal, akan memupuk kebencian yang kuat dari dalam diri prajurit. Atau pun adanya
keinginan untuk tidak taat.
Demikian
pula, salah satu cara agar dapat memiliki kedekatan dengan anggota prajurit
adalah dengan memiliki kesehatian. Sehati sejiwa.
Seseorang
akan merasa dihargai dan dihormati apabila komandannya tidak akan pernah menyerah
untuk menginspirasinya.
Sedangkan
ada pemimpin yang tidak menghargai bawahannya, sebab ia selalu berhasil
menginspirasi orang lain untuk membencinya.
Demikian
yang diungkapkan Jenderal abad 19 ini di pusat pendidikan militer, West Point yang terkenal seantero dunia
itu.
Dalam
mengendalikan pasukan yang besar, suara yang dihasilkan oleh seorang pemimpin
apabila tidak tepat akan menjadi satu hal yang akan disesali.
Sebab
gagal dalam mengantarkan suatu pengertian yang tepat dan gagal memperoleh
tanggapan yang benar.
Kegagalan
seorang pemimpin akan nampak dari suaranya. Seperti adanya perasaan tak berdaya,
merasa terpaksa, tidak pas waktunya, perintah yang tidak dapat dimengerti. Semua
ini menandakan kurangnya latihan.
Beberapa
perwira dan bintara seringkali menyerahkan tugas memberi aba-aba ini kepada
yang lainnya. Karena kelemahan suara dan kurangnya pengetahuan tentang
bagaimana memberdayakan kemampuan suaranya.
Padahal
ada beberapa prinsip yang dapat diikuti. Sehingga dapat memberikan perintah
yang lebih bersemangat, tanpa ketegangan suara dan tanpa kekuatan fisik
maksimal.
Aba-aba
perintah pada umumnya sama, seperti pada angkatan militer Australia, Selandia
Baru dan UK, masing-masing memiliki aturan.
Sebagian
besar pada dasarnya sama, tetapi ada beberapa perbedaan yang signifikan dalam
cara pelaksanaannya.
Aba-aba
di Kanada sangatlah dekat hubungannya dengan aba-aba dari British. Sementara itu aba-aba dari negara Prancis pada umumnya
merupakan hasil terjemahan dari Inggris.
Bagi
angkatan bersenjata Kanada, aba-aba untuk pasukan bersenjatanya, dalam bahasa
Prancis. Sementara aba-aba untuk pasukannya, dalam bahasa Inggris.
Hal
ini digunakan pada satuan-satuan seperti juga pada sekolah bisnis. Baik bahasa
Inggris maupun bahasa Prancis aktif digunakan bersama-sama.
Sedangkan Angkatan Bersenjata Jerman
menggunakan dasar perintah untuk ketiga angkatannya. Seperti Angkatan Darat (Deutsches Heer) dan Angkatan Udaranya (Luftwaffe) menggunakan aba-aba yang
sama.
Dan
Angkatan Lautnya (Deutsches Marine)
mempunyai sejumlah besar tambahan aba-aba untuk penugasan di kapal perangnya.
Selain
itu, batalyon pengawalnya atau The German
‘Guards Battalion’ of The Federal Department of Defense (‘Wachbataillon’ beim Bundesministerium der
Verteidigung) juga memiliki tambahan peraturan tentang aba-aba untuk
tugas-tugas kehormatan protokoler.
Sedangkan
militer Indonesia sendiri, perintah aba-aba diatur dalam suatu sistem aturan berdasarkan
Peraturan Panglima TNI No 46 Tahun 2014.
Mantan Panglima
TNI, Jenderal (TNI) Moeldoko dalam suatu kesempatan telah memberikan instruksi.
Agar adanya kesamaan dalam Permildas (Peraturan Militer Dasar) di semua
angkatan yakni AD, AL, dan AU.
Sehingga
berdasarkan instruksi ini telah diadakan penataran khusus. Untuk membahas pembaharuan
tentang peraturan militer dasar. Diselenggarakan di kota kembang Bandung pada
Februari tahun 2015.
Bersamaan
dengan ini telah dihasilkan peraturan lainnya yang saling melengkapi. Yakni Peraturan
Panglima TNI No 47 tahun 2014 tentang Peraturan Urusan Dinas Dalam TNI
disingkat (PUDD-TNI).
Juga
Peraturan Panglima TNI No 48 tahun 2014 tentang Peraturan Dinas Garnisun TNI disingkat
(PDG-TNI). Terakhir adalah Peraturan Panglima TNI No 45 tahun 2014 tentang
Peraturan Penghormatan Militer atau (PPM-TNI).
Selanjutnya
yang menjadi ketertarikan kita adalah Peraturan baris berbaris TNI yang adalah
peraturan Panglima TNI yang paling terbaru untuk ketentuan baris berbaris.
Sebab
di dalam aturan ini dijelaskan tentang aba-aba, yang telah menjadi ketertarikan
bahasan artikel ini.
Disebutkan
ketentuan umum bagaimana mengatur ketertiban dan keseragaman dalam melaksanakan
baris-berbaris di lingkungan TNI.
Di
dalam peraturan ini, yang dimaksud dengan peraturan baris-berbaris adalah peraturan
tata cara baris berbaris yang diwujudkan dalam bentuk latihan fisik yang
diperlukan.
Hal
ini untuk menanamkan kebiasaan dan jiwa korsa dalam kehidupan militer dan
diarahkan agar terbentuk suatu sikap prajurit berkarakter dan jasmani yang
tegap.
Serta
tangkas, menumbuhkan disiplin, loyalitas tinggi, kebersamaan dan rasa
tanggungjawab sehingga senantiasa mengutamakan kepentingan tugas diatas
kepentingan individu.
Lebih
jauh lagi disebutkan, aba-aba adalah perintah yang diberikan oleh seorang
Komandan atau pemimpin atau pejabat yang tertua, kepada pasukan. Untuk
dilaksanakan pada waktunya secara serentak atau berturut-turut secara tepat dan
tertib.
Suara
komando yang jelas dari seorang pemimpin akan menentukan keberhasilan
pelaksanaan tugas dalam misi apapun. Sikap keteladanan seorang pemimpin pula
diikuti oleh para bawahannya.
Demikianlah,
dalam pertempuran, komandan dan pasukan merupakan kesatuan yang utuh dan tak
dapat terpisahkan satu sama lainnya. Melebihi ikatan satu keluarga, sebab itu
setiap perkataan akan menentukan nasib masa depan seseorang.
Suara
seorang komandan akan meningkatkan kapasitasnya di dalam memimpin dan memberi
instruksi. Perwira dan anak-buahnya akan mempunyai kepastian diri, yang hanya
dapat dimiliki sesudah pengalaman di lapangan dan sesudah ujian dalam praktek
dunia yang nyata.***Seluruh isi materi ini merupakan milik
intelektual pribadi. Meniru dan menggandakan hal-hal yang dicantumkan dalam
materi ini, diluar maupun tanpa seizin Penulis, merupakan pelanggaran hak
intelektual dan dapat diproses sesuai
hukum yang berlaku.
Artikel Tambahan: Kisah Pulau
Solomon.
Pulau Solomon
merupakan negara Melanesia yang terletak di timur Papua New Guinea. Terdiri
dari sembilan ratus sembilan puluh sembilan pulau. Dan pulau Solomon menjadi
sebuah negeri naungan United Kingdom sejak tahun 1890-an.
Kepulauan Solomon diberi hak kedaulatannya
sendiri pada tahun 1976. Negara ini masih menjadi bagian dari negara
persemakmuran ‘commonwealth’.
Ada budaya unik dari pulau Solomon,
yakni kebiasaan meneriaki pohon. Saat akan membuka lahan untuk bercocok-tanam
di dalam hutan, konon, tidak perlu untuk menebang ataupun membakar hutan.
Mereka hanya akan mengitari pohon
sambil berteriak-teriak dengan kata-kata kutukan yang kasar dan menghina.
Hal ini akan berlangsung selama
empat puluh hari lamanya. Beberapa penduduk yang lebih kuat dan berani akan
memanjat hingga ke atas pohon itu.
Lalu, ketika sampai di atas pohon,
bersama-sama dengan penduduk yang ada di bawah pohon, mereka akan berteriak
sekuat-kuatnya kepada pohon itu.
Mereka lakukan teriakan itu
berjam-jam, selama kurang lebih empat puluh hari lamanya. Dan yang terjadi
sungguh sangat menakjubkan.
Pohon yang diteriaki itu
perlahan-lahan daunnya mulai mengering. Setelah itu dahan-dahannya mulai
rontok. Dan akhirnya pohon itu mudah ditumbangkan dan mati.
Jika diperhatikan, tindakan
penduduk ini sangatlah aneh. Namun, satu hal pembelajaran yang dapat kita
terima. Mereka telah membuktikan bahwa teriakan akan membunuh karakter.
Pernahkah Anda berteriak pada
bawahan anda, atau kepada orang yang berada disekeliling anda atau pada
siapapun. “Eh, kamu tahu! Anak-buah kayak kamu tuh kalo pergi, aku tidak bakal
menyesal! Ada banyak yang bisa gantiin kamu! Sial! Kerja begini saja, kagak
becus! Ngapain kamu digaji!?!”.
Ingatlah, setiap kali berteriak
kepada seseorang karena merasa marah, jengkel, terhina, terluka, ingatlah pada
apa yang dilakukan penduduk primitif pulau Solomon.
Mereka mengingatkan bahwa setiap
kali berteriak kepada orang yang dicintai berarti mematikan rohnya.
Teriakan-teriakan yang dikeluarkan
karena emosi yang tinggi pada akhirnya akan membunuh karakter dan jiwa orang
lain.
Dalam keseharian, teriakan hanya
dilakukan saat kita berbicara dengan orang yang berada jauh jaraknya dari
posisi kita berdiri.
Mengapa orang yang marah dan
emosional menggunakan teriakan padahal jarak mereka sangat dekat bahkan bisa
dihitung dengan sentimeter.
Sebab kenyataannya, walau dekat
tetapi hati mereka jauh satu sama lain. Itulah sebabnya orang-orang saling
berteriak.
Dengan berteriak tanpa sadar telah
memulai untuk melukai dan mematikan roh orang lain. Hanya karena
perasaan-perasaan dendam, benci ataupun kemarahan yang berkepanjangan.
Menurut penelitian, komponen
pikiran kita adalah berupa partikel dan atom. Jadi alam semesta ini bergerak
karena atom tersebut saling menarik dan sinkron.
Untuk menjadikan hal-hal di sekitar
kita saling berkaitan. Apabila kita memberikan energi positif maka alam akan
membalasnya dengan memberikan energi positif juga.
Begitu pula sebaliknya apabila kita
menyebarkan energi negatif, maka alam akan membalas dengan menyebarkan energi
negatif.
Jadi mulai dari sekarang, jika kita
ingin roh orang yang disayangi tetap tumbuh dan berkembang, atau tidak mati,
baiklah untuk tidak menggunakan teriakan-teriakan.
Dengan berteriak kepada orang lain,
ada dua kemungkinan balasan yang diterima. Dijauhi atau mendapat teriakan
balik, sebagai balasannya. Ataupun pita suara rusak seperti yang dialami artis
internasional Sam Smith.
Dia menyabet beberapa penghargaan
sebab albumnya The Lonely Hour menghabiskan 50 minggu di lima chart album
Inggris.
Penyanyi Sam Smith (23) yang nyaris
memecahkan rekor The Beatles, haruslah puasa bicara selama tiga minggu dan
mengalami operasi pita suara.
Begitu juga, penduduk kepulauan
Solomon telah membuktikan bahwa teriakan-teriakan yang dilakukan terhadap
makhluk hidup seperti pohon akan menyebabkan benda tersebut kehilangan rohnya.
Akibatnya, dalam waktu yang tidak berapa lama, makhluk hidup itu mati.
3 komentar:
Komando!
Apa kabar Ibu Mayor?
Semoga sehat dan sukses selalu dimanapun bertugas...Amiin Yaa Rabbal 'Alamiin.
Kereen blognya, baru tau kalau Ibu Mayor punya blog.
Salam,
Fahmee
@Patria Es Humanidad
Salam hormat,
Terimakasih atas komentarnya di blog saya. Hal ini mendorong saya kembali untuk tetap rajin menulis. Terimakasih ya. Sukses selalu. Hebat fotonya. Saya lihat teman2nya salju semua....hehehehe....
Salam,
Michiko
Posting Komentar