Selasa, 28 Juni 2016

Mutasi Ke Kota Istimewa Yogya



MUTASI KE KOTA ISTIMEWA YOGYA

Dari sini baktiku dimulai, untuk kejayaan bangsa dan negara
            Kepindahan ke Yogyakarta tidak pernah terpikirkan, apalagi timbul dalam hati. Namun, kesadaran akan konsekuensi tugas tentu saja terpatri dalam dada. Iya, bagi anggota TNI perpindahan tempat pengabdian adalah hal yang lumrah. Selain karena dinamika organisasi juga demi peningkatan kualitas pengabdian anggota itu sendiri.
Terimakasih adalah kata pertama yang keluar dari dalam hatiku. Kepindahan ini merupakan jawaban Tuhan atas doa-doa ku selama ini. Bukankah daku sudah menyerahkan semua kehidupan dan penghidupanku kepadaNya?
 Tempat mengabdi mana yang lebih asyik daripada Yogya? Tidak jauh dari teras depan: Jalan raya. Sepelemparan batu dari teras belakang: Rel Lokomotif. Sejauh mata memandang: naik-turunnya pesawat terbang. Tidak asing dengan bunyi deru pesawat dan lokomotif.
Tempat tugas baru, lingkungan baru dan suasana baru. Semuanya menambahkan energi baru bagiku dan bagi anakku. Pernah sekali waktu daku tersentak bangun tenga malam, saat mendengar deru kereta api melintas di rel yang berada dekat dengan asrama tempat tinggal kami.
Tak dinyana, ternyata suara kereta api, kirain gempa bumi. Hahaha. Semakin lama semakin terbiasa dengan irama kereta api.
Siapa yang tidak akan takjub dengan Landasan Adi Sucipto ini. Pengalaman baru bagiku. Sepelemparan batu dari halaman belakang asrama, bunyi roda kereta beradu dengan relnya. Tidak jauh diatas kepalaku, bunyi khas pesawat terbang yang lagi siap-siap mendarat. Tidak jauh di depan asrama, bus antar kota melaju kencang di jalan Trans Solo. Situasi ini sangat mengasyikkan dan menghibur. Paling tidak, menambah pengalaman bertugas di daerah Jawa.

            Ku syukuri semuanya. Percaya, segala sesuatu mendatangkan kebaikan bagiku. Jika semuanya dijalani dengan ikhlas. Berpikir positif. Sebab ada banyak area yang pantas untuk dijelajahi. Dan memang Yogya makin istimewa.
            Sungguh, daku sangat bersyukur dapat ditempatkan olehNya di kota Gudeg. Gedung perpustakaannya yang cantik, berhadapan langsung dengan gunung Merapi yang gagah.
Suasananya yang hijau dimana-mana. Kelengkapan gedung yang sangat patut dianjungi jempol. Sebab itu awal tiba disini, daku memulai untuk menata dan membersihkan Perpustakaan.

Terimakasih untuk kepercayaan pimpinan TNI AU sehingga daku dapat menempati jabatan Kepala Perpustakaan Akademi Angkatan Udara di tahun 2016 ini. Setiap harinya ada kesempatan untuk berkutat dengan buku bacaan. Semakin lama ku gali informasi tentang Yogya, semakin banyak informasi tentang betapa Landasan Udara Adi Sucipto (dulunya Maguwo) menyimpan sejarah perjuangan yang hebat. 
Dari sinilah asal-muasal sekolah penerbang yang melahirkan pribadi-pribadi yang hebat. Sehingga nama-nama mereka diabadikan sebagai nama landasan-landasan udara di pulau Jawa. Seperti Adi Sumarmo, Husein Sastranegara, Halim Perdanakusuma dan Agustinus Adi Sucipto sendiri.
Ada lima anggota PNS dibawahku. Semuanya orang asli Yogya. Dan daku bersyukur, betapa mereka telah menjadi Kakak serta Adik yang baik bagiku.

Di bulan Ramadhan ini, sesuai dengan keinginan ku untuk membahagiakan anak buah, daku membagikan THR yang sekiranya dapat menutupi kebutuhan Lebaran.
Oh iya, di kota ini juga daku belajar mencintai kain Batik. Kain tradisional yang menjadi ikon kota istimewa Yogyakarta. Hal ini berawal dengan kunjunganku ke kota-kota besar di benua Australia pada Mei lalu.
Kekaguman orang asing akan baju batik yang kukenakan menjadikanku sadar betapa kayanya negeriku, betapa indahnya Yogyakarta.
Bersama Guberbur AAU Marsda TNI Dedy Permadi, saat Dinner Pataka 83 pada Maret 2016
Hal ini menjadikanku bertekad untuk mengumpulkan koleksi baju batik asli Yogya. Semoga saja dalam penjelajahanku akan negeri istimewa ini, daku mendapatkan harta-karun batik yang indah-indah.
Bersama Letkol Lilik (kanan)

*Hari ini aku memulai hidup baru; hari ini aku lahir kembali. Berbeda dengan semua satwa di rimba raya, alam telah memberikan pengetahuan serta kepekaan kepadaku. Pantaskah bila aku menyia-nyiakan karunia sebesar ini? Dan pengalaman hidup takkan lagi kuagung-agungkan. Bukankah di dunia ini semua yang dianggap berhasil dan disanjung hari ini akan dipandang sebelah mata esok hari?*

{Penulis: Mayor (Sus) Michiko Moningkey, sekarang menjabat sebagai Kepala Perpustakaan Akademi Angkatan Udara. Seluruh isi materi ini merupakan milik intelektual pribadi. Meniru dan menggandakan hal-hal yang dicantumkan dalam materi ini, diluar maupun tanpa seizin Penulis, merupakan pelanggaran hak intelektual dan dapat diproses  sesuai hukum yang berlaku}.

           
           
           

4 komentar:

Unknown mengatakan...

Thanks for sharing your spirit through your amazing stories, Michiko. Welcome to Yogyakarta:)

-Aloysia Linda Setyaningrum-

Unknown mengatakan...

Thanks for sharing your spirit through your amazing stories, Michiko. Welcome to Yogyakarta.

-Aloysia Linda S.-

Unknown mengatakan...

Thanks for sharing your spirit through your amazing stories, Michiko. Welcome to Yogyakarta:)

-Aloysia Linda S-

Sanra Michiko Moningkey mengatakan...

Terimakasih Miss.......terimakasih